Los Angeles (ANTARA) - Varian COVID-19 terbaru dan paling menular telah memicu lonjakan infeksi baru di Amerika Serikat (AS) saat total jumlah kasus penyakit itu di negara tersebut tercatat lebih dari 90 juta pada Kamis (21/7).

Hingga Kamis sore waktu setempat, jumlah kasus COVID-19 di AS naik menjadi 90.066.295, dengan total kematian terkait mencapai 1.025.796, menurut data dari Universitas Johns Hopkins.

AS masih menjadi negara yang paling parah terdampak pandemi, dengan jumlah kasus dan kematian terbanyak di dunia.

Presiden AS Joe Biden pada Kamis teruji positif COVID-19 dan mengalami "gejala ringan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.

Biden (79) tengah dirawat dengan obat antivirus Paxlovid dan telah divaksinasi lengkap serta mendapatkan dua kali suntikan dosis penguat (booster), imbuh pernyataan itu.

Koordinator COVID-19 Gedung Putih Ashish Jha menyampaikan bahwa Biden menderita kelelahan, pilek, dan batuk kering.

Dalam sebuah konferensi pers Gedung Putih, Jha menuturkan kepada para wartawan bahwa vaksinasi lengkap dan dua kali suntikan booster akan melindungi Biden dari penyakit COVID-19 yang parah. Mengonsumsi obat antivirus Paxlovid akan semakin menurunkan risiko terjangkit penyakit parah.

Diagnosis Biden muncul di tengah gelombang baru infeksi COVID-19 di AS, yang didorong oleh subvarian BA.5. Saat ini, subvarian itu menjadi galur (strain) virus corona yang dominan di negara tersebut.

Saat ini, subvarian yang paling menular itu menyumbang hampir 80 persen infeksi COVID-19 di AS, menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
 
   Subvarian lainnya, BA.4, menyumbang 12,8 persen infeksi baru, ungkap data CDC


Kedua subvarian itu menyumbang lebih dari 90 persen infeksi baru di AS.

Kasus terkonfirmasi yang ditularkan oleh kedua subvarian tersebut terus meningkat sejak pertengahan Mei, tunjuk data CDC.

Zhang Zuofeng, Kepala Departemen Epidemiologi di Universitas California, Los Angeles, menuturkan kepada Xinhua bahwa kedua subvarian itu lebih mudah menular dibandingkan varian-varian Omicron sebelumnya, dan dapat lebih mudah menghindari perlindungan dari vaksin dan infeksi sebelumnya.

Kendati suntikan booster mungkin tidak sepenuhnya mencegah orang-orang terinfeksi, hal itu akan memberikan perlindungan dari penyakit parah, kata Zhang.

AS rata-rata mencatatkan sekitar 126.000 kasus baru dan 350 kematian baru per hari, papar data CDC.

Sementara kasus COVID-19 kembali meroket, negara-negara bagian tidak memiliki rencana baru, menurut laporan dari Politico, sebuah perusahaan jurnalisme politik.

"Strategi-strategi untuk menangani 130.000 kasus baru harian COVID-19 sebagian besar sama seperti yang diterapkan untuk menangani 30.000 kasus baru harian pada empat bulan yang lalu," urai laporan tersebut.

Saat subvarian COVID-19 terbaru dan paling mudah menular telah menyebabkan lonjakan jumlah kasus, dengan angka rawat inap dan kematian juga meningkat.

Respons dari para pejabat negara bagian sebagian besar tidak terdengar, sebuah konsesi terhadap realitas bahwa pesan mereka jarang ditanggapi dan mayoritas masyarakat, bahkan, dan terkadang khususnya, para politisi siap untuk melanjutkan hidup, kata laporan itu. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022