Kalau di Indonesia itu kadang masih terasa sakit, kadang masih ada yang ngamuk saat dipotong
Subang (ANTARA) - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi tak kuat menahan tangis saat melepas sejumlah sapi kesayangannya untuk kurban ke berbagai daerah pada Hari Raya Idul Adha 1443 H.

"Ada kesedihan, sapi-sapi ini bertemu dengan saya tinggal hari ini. Karena nanti mereka harus pergi meninggalkan kandang ke tempat-tempat orang melaksanakan ibadah kurban. Sedih juga, karena kalau sesuatu pakai hati pasti ada ikatan batin," katanya dalam keterangannya di Subang, Jawa Barat, Sabtu.

Momen haru terjadi saat Dedi Mulyadi menengok sapi-sapinya di kandang untuk yang terakhir kali. Sebab mulai hari ini sapi-sapi tersebut akan didistribusikan untuk kurban ke berbagai daerah dalam rangka Idul Adha.

Dedi menuju kandang yang berada di belakang rumahnya di Lembur Pakuan, Subang, untuk melihat suasana terakhir sebelum nantinya sapi-sapi tersebut disalurkan dan dipotong.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Waspadai koperasi kedok korporasi dalam pelepasan hutan

Bagi Dedi Mulyadi, sapi-sapi tersebut selama diurus tidak hanya dimanfaatkan dagingnya tapi juga kotorannya.

"Bagian dari hobi saya untuk mengurus sapi bukan hanya dagingnya yang jadi harapan, tetapi kotorannya yang dibikin pupuk organik untuk sawah sekitar sini, dan nanti daun padinya untuk makan sapi lagi. Ini yang disebut dengan ekosistem ekonomi,” katanya.

Dalam momen hari terakhir kebersamaan dengan sejumlah sapi miliknya, Dedi Mulyadi untuk terakhir kalinya memberi makan pada sapi-sapinya.

Ia meracik sendiri makanan dalam satu ember yang kemudian dibawakan satu per satu ke sapi-sapi miliknya.

Baginya, sebelum berpisah para sapi harus disenangkan hatinya dan dibahagiakan. Ia pun berharap kelak saat dipotong sapi-sapi tersebut tidak akan merasakan sakit.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Ganti rugi sapi yang dimusnahkan akibat PMK sudah tepat

“Kalau di Indonesia itu kadang masih terasa sakit, kadang masih ada yang ngamuk saat dipotong. Sekarang tidak boleh lagi lah ada kejadian seperti itu. Makanya harus tenang damai,” kata dia.

Momen haru hingga Dedi meneteskan air mata adalah saat ia menghampiri satu sapi putih bertubuh besar yang menjadi kesayangannya. Baginya sapi yang paling tinggi dan besar tersebut adalah yang paling baik di antara yang lain.

Dedi tertunduk meratapi kesedihannya bersama sang sapi. Dalam posisi kepala saling beradu tampak sapi dan Dedi sama-sama meneteskan air mata tanda kecintaan keduanya.

Baca juga: Dedi Mulyadi dorong pembentukan lembaga tangani kejahatan lingkungan

“Sedih juga setiap hari dilihatin, dirawat dengan hati, sekarang mau dilepasin," katanya.

Meski begitu, Dedi tetap ikhlas dan merelakan sapi-sapinya itu keluar dari kandang untuk kurban sebab baginya sapi-sapi tersebut adalah makhluk yang harus dimuliakan.

“Mereka sedang menghadapi hari-hari terakhir dalam hidupnya. Mereka kategori makhluk-makhluk mulia karena digunakan untuk kegiatan spiritual yang memiliki nilai sosial bernama ibadah kurban," katanya. 

Baca juga: Dedi Mulyadi memulangkan pengemis pura-pura berkaki buntung

Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022