Penetrasi asuransi jiwa di Indonesia itu sangat-sangat rendah jika kita bandingkan dengan negara tetangga kita
Bandung (ANTARA) - Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Wiroyo Karsono menyebutkan penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih relatif rendah dan tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.

“Penetrasi asuransi jiwa di Indonesia itu sangat-sangat rendah jika kita bandingkan dengan negara tetangga kita,” katanya dalam Media Gathering bersama AAJI di Bandung, Jawa Barat Kamis.

Wiroyo menuturkan industri asuransi jiwa di Indonesia relatif tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga jika dilihat dari sisi rasio asset to Gross Domestic Product (GDP) densitas termasuk penetrasinya.

Ia mengatakan densitas atau rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia untuk produk industri asuransi jiwa pada 2020 hanya sebesar 54 dolar AS atau Rp761.670 per tahun.

Sementara tingkat penetrasinya hanya mencapai 1,2 persen untuk rasio pendapatan premi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan 7,8 persen untuk rasio tertanggung perorangan terhadap jumlah penduduk.

Kemudian, rasio asset terhadap PDB sektor keuangan di Indonesia juga cenderung lebih rendah dibanding negara-negara di kawasan ASEAN termasuk mengenai industri asuransi.

Secara rinci, untuk banking asset to GDP Indonesia sebesar 59,5 persen, capital market capitalization to GDP sebesar 45,1 persen, insurance aset to GDP sebesar 5,8 persen dan pension fund to GDP sebesar 6,9 persen.

Hal itu tergolong rendah jika dibandingkan dengan Malaysia yakni banking asset to GDP sebesar 206 persen, capital market capitalization to GDP sebesar 121,4 persen, insurance aset to GDP sebesar 20,3 persen dan pension fund to GDP sebesar 59,9 persen.

Sedangkan banking asset to GDP Fillipina sebesar 100,6 persen, capital market capitalization to GDP sebesar 88,6 persen, insurance aset to GDP sebesar 8,5 persen dan pension fund to GDP sebesar 3,5 persen.

Kemudian jika dilihat secara rinci pada densitas industri asuransi jiwa di Indonesia per tahun meliputi 59 dolar AS pada 2016, 73 dolar AS pada 2017, 58 dolar AS pada 2018, 58 dolar AS pada 2019 dan 54 dolar AS pada 2020.

Densitas itu rendah dibanding Malaysia yang sebesar 298 dolar AS pada 2016, 339 dolar AS pada 2017, 361 dolar AS pada 2018, 380 dolar AS pada 2019 dan 415 dolar AS pada 2020.

Selanjutnya, jika dilihat melalui tingkat penetrasi industri asuransi jiwa di Indonesia secara rinci meliputi 1,3 persen terhadap PDB pada 2016, 1,4 persen PDB 2017, 1,3 persen PDB 2018, 1,2 persen PDB 2019 dan 1,2 persen PDB 2020.

Tingkat penetrasi itu turut rendah dibandingkan Malaysia yang 3,2 persen terhadap PDB 2016, 3,3 persen PDB 2017, 3,3 persen PDB 2018, 3,4 persen PDB 2019 dan 4 persen PDB 2020.


Baca juga: Pendapatan industri asuransi jiwa Rp62,3 triliun di kuartal I 2022
Baca juga: OJK siapkan aturan pemasaran produk asuransi melalui platform digital
Baca juga: Industri asuransi jiwa bayar klaim Rp43,35 triliun pada kuartal I 2022

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022