ketiga sapi langsung diisolasi
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Utara (Pemkot Jakut) menemukan sedikitnya tiga ekor sapi asal dari Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) di Koja, Jakarta Utara diduga mengidap gejala penyakit mulut dan kuku (PMK).

Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Utara Unang Rustanto di Jakarta Utara, Jumat, mengkonfirmasi temuan terhadap tiga ekor sapi itu benar.

"Begitu diketahui terindikasi PMK pada Rabu (22/6), ketiga sapi langsung diisolasi, dikarantina, jauh dari sapi lainnya kemudian dilakukan penanganan pengobatan," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya hanya ada satu sapi yang bergejala dan dua sapi lagi yang ada di dekatnya.

"Semua sudah kami isolasi dan sedang menunggu petugas pemeriksa dari Balai Veteriner Subang, Jabar," kata Unang.

Baca juga: Sudin KPKP Jakarta Utara siapkan pencegahan PMK menjelang Idul Adha

Petugas Pemeriksa Hewan Kurban Suku Dinas KPKP Jakarta Utara Agus Unarso menyebutkan pihaknya saat memeriksa, menemukan tiga ekor sapi dengan tanda-tanda klinis seperti PMK.

Menurut Unang, diagnosa terhadap gejala yang dialami sapi tersebut selain PMK juga masih ada lagi penyakit lainnya.

Namun, kalau benar tertular PMK, maka tidak ada pilihan lain selain sapi tersebut akan disembelih saat itu juga agar tidak menularkan ke sapi lainnya.

Unang pun mengapresiasi petugas pemeriksa hewan kurban terkait yang langsung sigap menghadapi situasi tersebut dengan cara mengisolasi sapi-sapi yang diduga tertular PMK selama 14 hari.

"Kalau ada tanda-tanda klinis, memang wajib melaporkan. Karena sapi-sapi yang dijual untuk kurban, secara syar'i harus sehat, tidak boleh luka atau cacat. Warga pun pasti tahu, kalau ada yang cacat sapi pasti tidak dibeli," kata Unang.

Baca juga: Peternak di Jakut terima pembinaan terkait pemeriksaan hewan

Sebagaimana diketahui, PMK menular pada hewan berkuku belah atau genap, seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan rusa.

Unang mengatakan sapi-sapi tersebut tetap dilakukan tindakan pengobatan dan pemberian multivitamin serta anti nyeri selama masa karantina.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022