Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia mengatakan Indonesia harus mengelola proses transformasi, reformasi menjadi negara demokrasi dengan lebih baik.

"Demokrasi tidak bisa sekadar dikukuh melalui simbol-simbol negara yang penuh wibawa, tanpa mendengarkan hati nurani rakyat," katanya, dalam pidato kebudayaannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Senin malam.

Anwar dalam pidato kebudayaannya bertajuk "Kepemimpinan Dalam Dinamika Perubahan Ekonomi Politik" menilai transformasi politik di Indonesia menjadi negara demokratis merupakan fenomen penting paling muktahir dalam dunia Islam.

"Transformasi, reformasi politik di Indonesia tidak harus terjadi seperti yang dialami Irak, yang harus menjadi negara demokratis melalui campur tangan Amerika Serikat," ungkapnya.

Transformasi reformasi politik di Indonesia terjadi karena desakan hati nurani rakyat yang ingin terbebas dari kedzaliman, korupsi dan lainnya, lanjut pimpinan oposisi Malaysia tersebut.

Karena itu, transformasi, reformasi yang telah berhasil dijalankan Indonesia hendaknya dapat benar-benar dikelola secara baik agar memberikan kesetaraan, keadilan tidak saja bagi pemimpinnya tetapi juga rakyat baik di bidang ekonomi maupun politik, kata Anwar Ibrahim.

Politisi kelahiran 10 Agustus 1947 itu pun menegaskan pernyataannya dengan mengutip pernyataan Gandhi bahwa negara paling miskin sekalipun jika dikelola dengan baik, akan mampu memberikan manfaat yang besar dan kebaikan bagi rakyatnya.

Mantan Menteri Keuangan Malaysia itu menambahkan untuk menegakkan demokrasi juga tidak terlepas dari kekuatan moral. "Moral diperlukan untuk menjalankan politik yang memberikan manfaat yang besar bagi rakyat, demi mewujudkan masyarakat madani dan pembangunan ekonomi, yang menjamin kesejahteraan rakyat," katanya.

Anwar Ibrahim menegaskan,"apa artinya reformasi dan demokrasi jika itu semua tidak menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat." (R018)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012