Jakarta (ANTARA) - Dewan Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII) mendorong umat Islam untuk tetap berkurban dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Secara pribadi, kurban merupakan wujud ketakwaan hamba kepada Allah. Tak ada amalan yang paling disukai Allah pada Idul Adha, selain menyembelih daging kurban," ujar Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Ia menjelaskan bahwa secara sosial, kurban mampu meringankan beban masyarakat sampai sepekan setelah hari penyembelihan. Masyarakat bakal memiliki cadangan makanan dan membuat pengeluarannya bisa ditekan.

"Selain itu, para peternak juga mendapat keuntungan yang berlipat untuk mengembangkan modal usahanya," katanya.

Di sisi lain, meskipun saat ini sedang terdapat wabah PMK, masyarakat tidak perlu khawatir karena penyakit tersebut tak berbahaya bagi manusia. Namun, ia menyarankan tetap berhati-hati, karena manusia bisa menjadi pembawa virus PMK ke hewan lain.

"Untuk itu perlu kehati-hatian, baik peternak maupun jamaah yang sedang menyurvei hewan kurban," kata dia.

Sementara itu, Medik Veteriner pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah Slamet Kasiran mengatakan PMK tidak berbahaya bagi manusia.

Slamet menyebut ternak yang terpapar PMK, daging dan susunya tidak berbahaya untuk dikonsumsi manusia karena penyakit PMK tidak bersifat zoonosis (menular dari hewan kepada manusia).

Hewan yang terkena PMK, kata dia, bisa disembuhkan dengan memberikan obat antibiotik, multivitamin, antihistamin dan penurun panas.

Kendati demikian, ia mengimbau masyarakat agar memilih hewan kurban secara syar'i, memenuhi syarat dan secara klinis, ternak yang dipersiapkan untuk kurban tidak menunjukkan gejala penyakit PMK.

"Adanya penyakit PMK masyarakat jangan panik, karena bisa disembuhkan, penyakit PMK tidak menular pada manusia dan daging serta susunya tetap aman dikonsumsi jika dimasak dengan benar," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022