Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 dosis ketiga dalam rangka mitigasi penyebaran subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

"Dalam konteks mitigasi B4 B5, kita harus percepat atau akselerasi dosis ketiga," ujar Dicky Budiman melalui pesan suara yang diterima di Jakarta, Kamis.

Bahkan, kata dia, kelompok-kelompok rawan seperti lanjut usia dan yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta juga perlu diberikan dosis keempat setelah tiga atau empat bulan menerima vaksinasi dosis ketiga.

"Beberapa kasus yang cukup rawan berpotensi diberi dosis keempat terutama lansia dengan komorbid dan sebagainya, atau mungkin tenaga kesehatan. Ini belajar juga dari pengalaman negara-negara lain," tuturnya.

Baca juga: Anggota DPR RI dorong pemerintah optimalkan ketersediaan vaksin halal

Baca juga: 48,2 juta penduduk Indonesia telah menerima vaksin dosis penguat


Secara umum, menurut dia, masyarakat Indonesia memiliki modal imunitas yang cukup memadai dengan dua dosis vaksin.

"Meski punya proteksi namun tetap bisa terinfeksi," ucapnya.

Sementara itu, Satgas Penanganan COVID-19 melaporkan jumlah total masyarakat Indonesia yang telah menerima suntikan vaksin COVID-19 untuk dosis penguat mencapai 48,2 juta jiwa lebih hingga Kamis, pukul 12.00 WIB.

Jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin COVID-19 bertambah 231.267 orang sehingga total mencapai 48.269.992 orang.

Secara persentase laju suntikan dosis penguat vaksin COVID-19 sudah diberikan pada 23,17 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19 berjumlah 208 juta jiwa lebih.

Sedangkan penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 telah mencapai 168.251.795 orang atau setara 80,78 persen, sedangkan penerima dosis pertama mencapai 201.000.560 orang atau setara 96,5 persen.*

Baca juga: Penerima vaksin COVID-19 penguat di Indonesia tambah 86.517 orang

Baca juga: Satgas: Vaksin masih efektif lindungi tubuh dari varian baru

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022