Ya hampir 31 tahun sudah, dan setiap bulan pasti masuk ke rekening Rp100 ribu itu
Palembang (ANTARA) - Mantan pesepak bola nasional Kas Hartadi mengungkapkan hingga kini dirinya masih menerima bonus seumur hidup medali emas SEA Games Filipina tahun 1991 senilai Rp100.000 per bulan dari PSSI.

“Ya hampir 31 tahun sudah, dan setiap bulan pasti masuk ke rekening Rp100 ribu itu,” kata Kas Hartadi diwawancarai dari Palembang, Minggu.

Kas menceritakan bonus itu diberikan PSSI pada era Ketua Umum Kardono.

Baca juga: Indonesia raih perunggu sepak bola putra SEA Games 2021

Saat itu, dirinya bersama seluruh pemain, kiper : Edy Harto dan Erick Ibrahim, pemain belakang : Ferryl Raymod Hattu, Robby Darwis, Herrie Setyawan, Heriansyah, Sudirman, Toyo Haryono, Aji Santoso dan Salahudin.

Kemudian gelandang : Maman Suryaman, Widodo C Putro, Hanafing, Kas Hartadi, Yusuf Ekodono, dan striker : Peri Sandria, Rochy Putiray dan Bambang Nurdianysah diberi ‘bonus seumur hidup’ oleh PSSI.

“Kita ada grup (WA) dan sering bencanda-canda, dan bilang bahwa uang bonus itu hingga kini masih dikirim. Meski saya tidak pernah cek tiap bulan, tapi ya memang masih dikirim,” kata Kas.

Ia menceritakan keberhasilan timnya menggondol medali emas SEA Games itu cukup diapresiasi kala itu dengan pemberian bonus seumur hidup oleh PSSI yang ditransfer ke rekening masing-masing pemain.

Dari sisi nominal, ia tak menyangkal bahwa nilai bonus itu tak seberapa apalagi untuk saat ini.

Namun, lantaran konsisten diberikan selama 31 tahun sejak tahun 1991, ia pun mengaku cukup terenyuh.

Baca juga: Puluhan suporter sambut kedatangan timnas sepak bola U-23

“Idenya sudah bagus ada pemberian bonus seumur hidup ini. Mungkin soal nominalnya yang bisa disesuaikan lagi jika program ini mau diteruskan ke atlet masa kini,” kata dia.

Kas Hartadi dan rekan-rekannya menjadi bagian sejarah manis sepak bola Indonesia karena hingga kini Timnas Indonesia belum mampu mengulang sukses di arena SEA Games.

Pada SEA Games Vietnam tahun 2021, 12-24 Mei 2022, Timnas hanya menggondol medali perunggu atau mengalami penurunan prestasi jika dibandingkan SEA Games sebelumnya di Filipina tahun 2019 yang meraih perak.

“Dulu kami persiapannya gila-gilaan, hampir dua tahun keluar masuk liga. Pokoknya liga off langsung masuk lagi pelatnas,” kata dia.

Saat itu, Timnas dilatih oleh pelatih asal Rusia Anatoli Fyodorovich Polosin yang memberikan menu latihan berat.

“Latihannya tiga kali dalam satu hari, seperti makan obat. Pernah saya TC di Australia selama satu bulan, sampai kurus, saking beratnya latihan,” kata mantan pelatih Dewa United ini.

Baca juga: Indonesia hadapi Malaysia dalam perebutan perunggu sepak bola

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022