Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian Negara RI menyatakan masih menunggu hasil investigasi lapangan kasus Mesuji, Lampung.

Investigasi lapangan dilakukan oleh Komisi III DPR RI dan tim internal Polri yang dipimpin oleh Wairwasum Polri Irjen Pol Sulistyo Ishak.

"Untuk kasus Mesuji pada hari Sabtu (17/12) telah berangkat tim dari Komisi III sebanyak 17 orang dan Mabes Polri sebanyak 14 orang," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution di Jakarta, Senin.

Tim yang dikirim ke lapangan beserta Komisi III DPR yang akan menyaksikan dan melakukan pengecekan untuk mengetahui fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, ujarnya.

Saud mengatakan bahwa adanya dugaan rekayasa video tentang pembantaian yang dilakukan oknum Polri di Mesuji kepada warga di sana, Mabes Polri segera melakukan pemeriksaan di Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) tentang kebenarannya.

"Mengenai hal itu segera dilakukan pemeriksaan ke Puslabfor, tapi dicek juga ke lapangan, kita apa adanya," kata Kadiv Humas.

Saud mengatakan, Polri sudah ada penanganan untuk kasus sebelumnya dengan memeriksa dua anggotanya untuk mengetahui juga adanya penyimpangan kode etik atau disiplin.

Hal ini terkait, sejumlah warga asal Lampung melaporkan kasus pembunuhan keji yang terjadi di daerah Mesuji, Lampung, ke Komisi III DPR RI pada hari Rabu (14/12) mereka merupakan keluarga korban.

Bob Hasan, pengacara yang mendampingi para warga itu, menjelaskan, pembunuhan bermula dari perluasan lahan oleh perusahaan PT SI sejak 2003. Perusahaan yang berdiri tahun 1997 itu, kata dia, menyerobot lahan warga untuk ditanami kelapa sawit dan karet.

Namun pihak perusahaan lalu meminta bantuan kepada pihak kepolisian untuk mengusir penduduk. Selain itu, lanjut dia, perusahaan juga membentuk kelompok keamanan sendiri.

Selanjutnya, dibentuk Pam Swakarsa untuk membenturkan rakyat dengan rakyat, tetapi di belakangnya aparat kepolisian. Intimidasi dari oknum kepolisian dan pihak perusahaan masih terjadi di sana.

Diduga setidaknya ada 30 korban tewas dan ratusan warga terluka sejak 2009 sampai 2011.

(ANTARA)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011