Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Presiden Komisaris Alcatel Indonesia Tanri Abeng mengatakan, kecilnya nilai investasi Australia di Indonesia terkait erat dengan sikap bisnis para investornya yang lebih mengedepankan pendekatan oportunistis daripada strategis.

"Pendekatan yang seharusnya diambil para investor Australia adalah sikap pengambil resiko," katanya saat tampil sebagai panelis sesi ASEAN-Australia KTT Bisnis dan Investasi ASEAN di Nusa Dua Bali, Jumat, bersama Menteri Perdagangan Australia Craig Emerson dan CEO ANZ Bank Alex Thursby.

Mantan menteri negara pendayagunaan badan usaha milik negara ini mengatakan, sikap bisnis yang lebih oportunistis daripada strategis itu hanyalah salah satu faktor penghambat meningkatnya nilai investasi Australia di Indonesia.

Faktor penghambat lainnya terkait dengan perbedaan budaya, pemerintahan yang bersih, regulasi dan hukum serta infrastruktur. "Dalam soal budaya, sepertinya investor Australia lebih terbiasa dengan Eropa dan Amerika ketimbang Indonesia. Jadi ini terkait dengan masalah perbedaan budaya," katanya.

Terkait kondisi infrastruktur yang masih kurang baik di sejumlah daerah di Indonesia, Tanri Abeng mengatakan, hal itu tidak seharusnya hanya dipandang sebagai hambatan tetapi juga peluang bisnis. "Kalau kita bisa melihat kekurangan itu dari pendekatan strategis, ini jelas peluang," katanya.

Bidang investasi di Indonesia yang seharusnya dilirik investor Australia sepatutnya tidak hanya terbatas pada pertambangan tetapi juga pertanian, logistik, infrastruktur dan konsumer karena negara itu punya puluhan juta orang kelas menengah, katanya.

"Ini peluang tapi para investor Australia perlu mengubah sikapnya. Bagaimana Australia bisa relevan bagi ASEAN," kata Tanri Abeng.

Total nilai perdagangan Australia dengan negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencapai lebih dari 80 miliar dolar Australia (2010) namun nilai investasinya hanya tiga persen dari total nilai investasi Australia di dunia.


Julia Gillard

Sesi panel ASEAN-Australia KTT Bisnis dan Investasi ASEAN yang merupakan rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT ke-enam Asia Timur itu juga diisi dengan pidato Perdana Menteri Australia Julia Gillard.

Dalam pidatonya, Gillard menyinggung tentang kemajuan perekonomian Indonesia dan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehenstif (CEPA) kedua negara yang membuka peluang bagi komunitas bisnis kedua negara meningkatkan kerja sama ekonomi.

Perdana menteri perempuan pertama dalam sejarah Australia itu juga menyambut baik langkah Indonesia menfinalisasi ratifikasai Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru (AANZFTA).

"Ini kesepakatan dagang paling komprehensif yang ASEAN telah rundingkan. Kita akan menekankan `P` dalam CEPA yang berarti kemitraan guna memastikan kesepakatan itu benar-benar memberikan manfaat nyata bagi rakyat Indonesia dan Australia," katanya.

Ia mengatakan, Indonesia termasuk dalam 20 besar ekonomi dunia dengan pertumbuhan rata-rata per tahun lima persen selama dekade lalu dan 20 tahun mendatang, tetangga Australia ini diperkirakan akan mencapai kekuatan ekonomi terbesar ke-delapan di dunia.

Pada hari terakhir KTT Bisnis dan Investasi yang merupakan rangkaian kegiatan KTT ke-19 ASEAN dan KTT ke-enam Asia Timur ini, Menlu AS Hillary Clinton dan Sekjen PBB Ban Ki moon juga ikut menyampaikan pandangannya di forum yang dihadiri para pengusaha ASEAN, India, AS, Korea Selatan dan Australia ini.

Menlu AS Hillary Clinton mengingatkan pentingnya persaingan usaha yang bebas dan adil bagi semua pebisnis, penghilangan hambatan perdagangan, diplomasi dagang, perbaikan iklim investasi, penguatan infrastruktur dan konektivitas kawasan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi AS-ASEAN.

Di forum yang sama pada sesi pagi, Sekjen PBB Ban Ki- moon meminta dukungan para pemimpin bisnis untuk bermitra dengan PBB dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak demi masa depan dunia yang lebih baik."Mari kita bekerja sama," kata Sekjen PBB Ban Ki moon.

KTT Asia Timur di Bali diikuti Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Laos, Kamboja, Myanmar, Vietnam, Jepang, China, India, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, Rusia, dan Amerika Serikat.
(T.R013/B013)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011