Depresiasi 0,33 persen terhadap nilai tukar rupiah tersebut juga lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan nilai tukar rupiah pada triwulan I 2022 mengalami depresiasi sebesar 0,33 persen secara rata-rata dibanding akhir 2021 sebagai imbas ketidakpastian pasar keuangan global.

"Nilai tukar rupiah pada triwulan I 2022 mengalami sedikit depresiasi 0,33 persen secara rata-rata dibandingkan posisi akhir 2021," katanya dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, Rabu.

Meski demikian, Sri Mulyani menyatakan depresiasi 0,33 persen ini masih tergolong terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Depresiasi 0,33 persen terhadap nilai tukar rupiah tersebut juga lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya.

Jika rupiah mengalami depresiasi 0,33 persen, ringgit Malaysia terdepresiasi lebih tinggi yaitu 1,15 persen (ytd), rupee India 1,73 persen (ytd), dan bahkan baht Thailad 3,15 persen (ytd).

Sementara, untuk inflasi hingga Maret 2022, menurut Menkeu, tetap terkendali pada tingkat 2,64 persen (yoy) didukung oleh masih terjaganya sisi penawaran dalam merespons kenaikan permintaan.

Tak hanya itu, hal tersebut juga karena tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar rupiah serta berbagai respons kebijakan terutama dalam menjaga barang-barang yang diatur pemerintah atau administered price.

Baca juga: Rupiah menguat usai rilis data inflasi AS
Baca juga: Menkeu: APBN menjadi penyerap risiko gejolak konflik Rusia-Ukraina
Baca juga: Menkeu: IHSG positif dan rupiah stabil di tengah perang Rusia-Ukraina

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022