Jakarta (ANTARA) - Museum Nasional, Jakarta telah meresmikan sebuah ruang imajinasi sejarah bernama ImersifA yang memanfaatkan teknologi imersif untuk menciptakan pengalaman interaktif bagi para pengunjung museum.

“Harapannya tidak hanya anak millenial, orang tua juga butuh hiburan seperti ini. Yang terpenting bagaimana mereka (ImersifA) bisa memberikan energi ke diri kita, karena di sini syarat akan edukasi bahkan masa lalu menjadi sebuah inovasi,” kata Plt. Kepala Museum Nasional Sri Hartini dalam Peluncuran Ruang ImersifA di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kasad tegaskan perwira harus miliki imajinasi, cita-cita dan harapan

Sri menuturkan, Ruang ImersifA merupakan sebuah instalasi permanen berupa video mapping yang terletak di Gedung A, Museum Nasional, Jakarta dengan ukuran 12m x 12m.

Ruangan itu memiliki kapasitas 30 pengunjung per sesinya, di mana para pengunjung dapat menonton video dengan sudut 360 derajat selama 30 menit. Sebelum menonton, pihak museum akan membagikan alas untuk sepatu kepada pengunjung sebagai salah satu upaya dari penerapan protokol kesehatan.

Konten yang ditampilkan meliputi kisah dalam sejarah seperti kisah Ganesha ataupun suku-suku asli di Indonesia. Diharapkan melalui ruangan itu, pengunjung dapat mendalami sejarah, seni dan budaya dari sudut pandang pelaku sejarah.

Baca juga: Imajinasi dalam air Satoshi Kondo untuk Issey Miyaki

Sri menjelaskan Ruang ImersifA akan dibuka secara gratis selama sebulan mulai Sabtu (2/4) mendatang secara gratis sebagai bagian dari kegiatan promosi.

Hanya saja, kunjungan dibatasi untuk beberapa kelompok masyarakat saja seperti peserta didik yang tidak mampu, penyandang disabilitas, anak-anak dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP), karyawan museum dan lansia.

Untuk tiket masuk ke ruangan tersebut, Sri mengatakan, tiket akan dibedakan dengan tiket masuk ke museum. Namun harga tiket untuk ruang ImersifA belum dapat diputuskan karena menunggu ketetapan dari Kementerian Keuangan.

Sri menekankan, adanya tiket berbayar tersebut perlu dimaklumi, sebab Museum Nasional kini sudah menjadi bagian dari Badan Layanan Umum.

Baca juga: Perlu kata ajaib sebelum masuk dunia mendongeng

“Masih menunggu penetapan tarifnya karena ini langsung ke pelayanan publik masyarakat, jadi jangan sampai nanti masyarakat terbebani padahal ingin nonton tapi tarifnya ketinggian atau apa, makanya sedang digodok oleh Kementerian Keuangan,” ucap Sri.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan ruang ImersifA merupakan sebuah upaya untuk mendekatkan masyarakat yang tidak memiliki waktu lama mengunjungi museum untuk mempelajari sejarah degan bantuan teknologi.

Setiap pengunjung akan merasakan pengalaman belajar sejarah di mana setiap informasi yang disampaikan dapat dinikmati melalui audio visual.

Baca juga: Galeri Nasional dan Museum Nasional gelar acara virtual

Menurut Hilmar apabila ImersifA sukses, ada kemungkinan ruangan itu akan dikembangkan ke museum-museum lain yang ada di penjuru Indonesia. Dirinya turut berharap anak-anak muda dapat lebih tertarik dan mengapresiasi sejarah bangsanya sendiri.

“Indonesia begitu luas untuk sirkulasi koleksi sejarah seperti yang dilakukan orang luar negeri dan itu tidak mudah. Ini konten digital dengan mudah dapat ditransfer ke tempat lain. Mudah-mudahan dengan mereka terinspirasi, ini tugasnya kepala museum mengomunikasikan ke museum lain,” kata Hilmar.

Baca juga: Edukator museum harapkan anak muda di Indonesia tetap kunjungi museum

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022