Jakarta (ANTARA) - Dunia menempatkan persoalan air adalah persoalan kehidupan sehingga manusia harus mengambil arti penting di dalam mengelola air ini dan memberikan perhatian yang serius.

Apalagi isu-isu persoalan air ini, terutama di perkotaan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Utamanya terkait dengan aksesibilitas dan kecukupan air.

Karena itu bolehlah semua melihat kembali (flashback) ketika Hari Air Sedunia ini mulai diperingati pada 22 Maret 1993.

Sejak 1993 itu hingga sekarang, sudah hampir 30 tahun atau 29 tahun tepatnya, manusia di Indonesia hingga masyarakat konsumen air di dunia memperingati Hari Air Dunia ini.

Untuk tahun ini, tema perayaan Hari Air Dunia di DKI Jakarta sangat menggelitik, yaitu "save ground water, making the invisible visible".

Di Jakarta, ada dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terkait air. Perumda PAM Jaya dan Perumda PAL Jaya. PAM Jaya mengurusi ketersediaan air, PAL Jaya mempertahankan kualitas air.

Lalu dimana letak kita harus "Save Ground Waternya"? Itu menjadi pertanyaan di benak banyak orang.

Rupanya "Save Ground Water" ini menjadi isu dunia, bukan hanya di Jakarta saja. Nyatanya sudah begitu viral lontaran pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden terkait Jakarta yang berpotensi tenggelam di 2030.

Menurut penelitian, tenggelamnya Jakarta bisa terjadi karena dua hal. Pertama, faktor eksternal, yakni meningkatnya permukaan air laut. Tapi itu mungkin hanya porsi kecil yang bisa ditindaklanjuti oleh pemerintah Indonesia.

Penyebab kedua, yakni penurunan muka tanah. Ini adalah porsi besarnya pemerintah.

Baca juga: Hari Air Dunia, PAM Jaya luncurkan kampanye #SaveGroundWater
 
Arsip foto - Warga mengambil air tanah melalui pompa manual di Kampung Melayu, Jakarta, Rabu (6/10/2021). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/rwa/aa.


Muka tanah
Penurunan muka tanah di Jakarta inilah konteks yang patut disinggung dalam peringatan Hari Air Sedunia tahun ini.

Pihak terkait perlu segera menekankan solusi dari penyebab mengapa permukaan tanah terus menurun sehingga Jakarta berpotensi tenggelam dalam momentum ini.

Karena, menurut penelitian, permukaan tanah ini turun disebabkan oleh eksploitasi air tanah yang tidak terkendali.

Lalu bagaimana perhatian pemerintah terhadap permasalahan ini?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk membatasi penggunaan air tanah. Kendati, air adalah kebutuhan hidup manusia.

Kalau dibatasi, maka darimana masyarakat bisa memperoleh air bersih?

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, pihaknya akan mencukupi kebutuhan
masyarakat lewat air dari perpipaan.

Karena itu, PAM Jaya harus berkontribusi dalam penyediaan air perpipaan tersebut sebagai ganti penggunaan air tanah bagi masyarakat.

Namun, kalau belum ada air pipa itu, masyarakat kan butuh air. Kan begitu. Nah, bagaimana solusinya?

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen membantu memenuhi kebutuhan air masyarakat, dengan membantu mengadakan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) "mobile" maupun stasioner, dengan Anggaran Penerimaan Belanja Daerah (APBD).

Baca juga: DKI berkomitmen tingkatkan penyediaan air bersih bagi masyarakat
 
Pedagang air bersih beristirahat di kawasan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Kamis (4/6/2020). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/aa.


Waduk
Ini dilakukan untuk mendekatkan instalasi pengolahan air dengan area-area krisis air, terutama di area yang memiliki sumber air, seperti di Waduk Sunter dan Waduk Tomang. Kemudian IPA itu diserahkan ke PAM Jaya untuk mengelola distribusinya.

"Jadi IPA-IPA ini kami tujuannya bagaimana masyarakat yang ada di daerah, krisis air itu terlayani dengan air secara cepat. Karena tadi, kuncinya supaya masyarakat tidak menyedot air tanah itu maka harus ada akses air," kata Yusmada.

Sementara air sedang dikembangkan jaringan distribusinya oleh PAM Jaya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga menyiapkan mobil tangki dan kios-kios air untuk mempercepat penanganan kebutuhan masyarakat.

Di tahun ini ada sekitar 10 mobil tangki yang tersedia. Kemudian disediakan pula kios-kios air.

"Apa yang kami sediakan lewat mekanisme APBD ini adalah bentuk subsidi kepada warga secara langsung, melalui PAM. Kira-kira begitu," kata Yusmada.

Manakala air perpipaan dan jaringan distribusinya sudah cukup baik, maka selanjutnya tanggung jawab penyediaan kebutuhan air bersih masyarakat akan dikelola sepenuhnya oleh PAM Jaya.

Diharapkan, tidak ada lagi cerita masyarakat mengeksploitasi air tanah di 31 Januari 2023. Karena tujuannya adalah "Save Ground Water", simpan air tanah untuk mencukupi kebutuhan bumi di masa mendatang.

Baca juga: Anggota DPRD DKI minta PAL Jaya genjot program kerja prioritas
 
Pekerja PAM Jaya mengoperasikan SPAM Hutan Kota milik PAM Jaya. ANTARA/HO-PDAM Jaya/aa.


Limbah
Lalu bagaimana peran PAL Jaya dalam kampanye "Save Ground Water" ini?

Air perpipaan di Jakarta yang sudah dipakai akan menjadi limbah. Ketika air bersih menjadi limbah, maka pasokan air bersih untuk digunakan mencukupi kebutuhan masyarakat bisa berkurang.

PAL Jaya diharapkan dapat mengambil peran memutus mata rantai limbah air yang sudah dipakai oleh rumah tangga maupun industri. Lalu diolah lagi supaya bisa jernih dan layak digunakan kembali karena memenuhi baku mutu.

Dengan air limbah olahan yang memenuhi baku mutu itu, PAM Jaya tidak akan pernah kekurangan pasokan air untuk didistribusikan sebagai air minum kepada masyarakat.

Sirkulasi air berkelanjutan ini yang diharapkan dapat terjadi lewat kampanye "Save Ground Water" yang diluncurkan di Danau Cincin, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Hari Air Sedunia tahun ini.

Arahnya supaya kebutuhan masyarakat terhadap air selalu cukup dan tidak pernah kekurangan. Masyarakat pun tidak lagi mengeksploitasi air tanah yang berdampak pada penurunan muka tanah di Jakarta.

Baca juga: Peningkatan status tiga BUMD DKI diharapkan pelayanan lebih optimal
 
Arsip foto - Petugas melakukan pemeriksaan di Instalasi Produksi Air PT PAM Lyonnasise Jaya (Palyja) Pejompongan, Jakarta, Rabu (13/2/2019). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/pd/aa.


"Proyek 942"
Selain "Save Ground Water", Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga sedang mengembangkan pemanfaatan air hujan lewat "Proyek 942".

"Proyek 942" adalah proyek membangun sembilan polder, empat waduk dan dua revitalisasi sungai untuk mempertahankan dan mengamankan air hujan agar dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Seperti di Danau Cincin. Air begitu melimpah karena hujan dan air yang berasal dari limbah rumah tangga serta industri itu bisa disimpan sebagai cadangan air. Itu nantinya bisa diolah oleh PAL Jaya untuk dimanfaatkan kembali guna mencukupi kebutuhan masyarakat.

"Ke depan, air di Danau Cincin ini bisa menjadi bahan baku PAL Jaya untuk diolah lagi dan didistribusikan sebagai air minum oleh PAM Jaya," kata Yusmada.

Selain berguna bagi masyarakat, "Proyek 942" yang di dalamnya ada proyek pembangunan polder adalah salah satu masterplan Pemprov DKI Jakarta dalam penanganan banjir di tahun ini.

Polder itu esensinya adalah "long storage", tempat air itu disimpan. Tapi kelebihannya bisa dialirkan ke sungai atau laut.

Ada tekad yang kuat untuk menuntaskan "Proyek 942" itu di akhir 2022 ini.

Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022