Jakarta, (ANTARA News) - Penemuan sejumlah spesies baru di kawasan Membramo Papua memunculkan harapan agar kelestarian alam daerah tersebut terjaga menyusul pernah ada rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Membramo. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Kepala Pusat Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dr Dedi Darnaedi pada acara pengumuman penemuan spesies baru pada ekspedisi ke Membramo, di Jakarta, Selasa (7/2). "Yang pertama perlu dikaji tentu saja adalah apa untung ruginya dengan pendirian PLTA itu. Dahulu LIPI pernah ditanya tentang rencana tersebut dan kami jawab jika Papua kaya akan keanejaragaman hayati tetapi belum ada buktinya, sekarang dengan penemuan ini maka kami punya bukti yang lebih akurat," katanya. Menurut dia, saat ini tantangan di masa datang adalah membuktikan bahwa spesies baru tersebut memiliki nilai sehingga menjadi kekayaan yang sesungguhnya. Sementara itu, Regional Vice President Conservation International Indonesia Jatna Supriatna mengatakan bahwa rencana membangun PLTA di Membramo kabarnya akan menenggelamkan sekitar 200 ribu sampai 300 ribu wilayah Membramo sehingga tentu saja memiliki potensi untuk mengubah keaneragaman hayati di kawasan Membramo. "Kabarnya arus Sungai Membramo yang sangat cepat dan konstan sangat efektif untuk menghasilkan energi listrik hingga jutaan megawatt, tetapi tentu saja kami tidak sepaham dengan itu," katanya. Menurut dia, setidaknya ada tiga alasan yang menyebabkan keputusan mendirikan PLTA di kawasan Membramo dirasa bukan pilihan yang tepat. Pertama, kata dia, kawasan Membramo adalah wilayah yang labil, ada lebih dari 100 gempa dari berbagai ukuran yang menggoncang kawasan tersebut tiap tahunnya sehingga bangunan sekuat apapun akan memerlukan perawatan ekstra agar tetap aman. "Yang kedua, tanah di kawasan tersebut sangat rawan erosi sehingga daya tahan PLTA akan lemah dan biaya pemeliharaannya mahal," ujarnya. Sedangakan yang terakhir, lanjut dia, pembangunan PLTA akan memancing munculnya hak pengusahaan hutan (HPH) yang tentu saja akan merusak hutan sehingga daya tahan PLTA menjadi turun. "Lagipula, saya kira kebutuhan masyarakat lokal akan listrik tidak terlalu banyak sehingga kebijakan mendirikan PLTA di Sungai Membramo dapat dipertimbangkan ulang," katanya. Dikatakannya, salah satu permasalahan yang tengah dihadapi oleh kawasan Membramo justru adalah meluasnya pemukiman. "Saat ini makin banyak bermunculan kabupaten-kabupaten baru, dahulu Membramo termasuk dalam Kabupaten Jayapura, sekarang memisahkan diri menjadi Kabupaten Sarmi, tapi kabarnya ada indikasi untuk memisahkan diri lagi menjadi Kabupaten Membramo," katanya. Ancam kelestarian Menurut dia, kemunculan Kabupaten-Kabupaten baru tersebut tentu saja mengancam kelestarian hutan karena salah satu cara untuk memperoleh pendapatan daerah nantinya adalah dengan memberikan ijin pembukaan HPH. "Kawasan Membramo adalah aset yang sangat kaya, sehingga rawan dari HPH," katanya. Sementara itu pada kesempatan sebelumnya LIPI mengumumkan penemuan sejumlah spesies baru baik flora maupun fauna, hasil dari ekspedisi November-Desember 2005 di hutan Membramo, Papua. Sejumlah spesies baru tersebut, di antaranya adalah kanguru pohon mantel emas (dendrolagus pulcherrimus), lima jenis palem-paleman, burung hisap madu serta penemuan kembali katak mata jaring (nyctimystes fluviatilis) dan katak xenorhina arboricola. Para peneliti yang tergabung dalam tim ekspedisi tersebut yaitu peneliti dari LIPI, Conservation International Indonesia, Universitas Cendarawasih (UNCEN) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua I di Pegunungan Foja, Mamberamo, Papua, membagi ruang kerja mereka dalam dua kelompok yaitu flora dan fauna. Dalam survei itu, tim flora berhasil menemukan 24 jenis palem-paleman (Palmae), lima jenis di antaranya tercatat sebagai spesies baru, satu jenis pholidocarpus, dua spesies rotan dan dua spesies palem licuala. Tim itu pun berhasil pula mengoleksi 550 jenis tumbuhan di luar keluarga palem-paleman, lima di antaranya termasuk spesies baru. Sementara itu, penemuan kanguru pohon mantel emas (dendrolagus pulcherrimus) disebut sebagai hasil survei yang paling spektakuler dan membanggakan karena salah satu mamalia yang berstatus hampir punah ini tercatat sebagai penemuan pertama (first record) di wilayah Indonesia.(*)

Copyright © ANTARA 2006