Jakarta (ANTARA) - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengungkapkan rasa khawatir dari korban bekas penghuni kerangkeng manusia atas kuasa dan pengaruh Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin merupakan alasan utama mereka mengajukan permohonan perlindungan.

"Mereka masih punya kekhawatiran karena pelaku atau bupati nonaktif ini orang yang cukup berpengaruh di daerahnya," kata Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Polda: Lebih dari 65 saksi diperiksa terkait kerangkeng Bupati Langkat

Para saksi korban, lanjut dia, menyadari kuasa dari seorang mantan Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin bisa menjangkau siapa saja sehingga mereka mengajukan perlindungan ke LPSK.

Melihat dan mendengar pengakuan para korban, LPSK meyakinkan bahwa proses hukum akan berjalan lurus dan tegas.

"Kalau proses hukum ini tidak tegas dan lurus, kekhawatiran korban menjadi sesuatu yang sulit kita harapkan agar mereka berkontribusi," jelas dia.

Sebab, hal itu dilatarbelakangi rasa khawatir dari korban yang menyakini bahwa keluarga bupati tersebut memiliki pengaruh yang cukup kuat di lingkungan sekitar.

Apalagi, data yang berhasil dihimpun LPSK menemukan adanya semacam upaya yang diduga dilakukan pihak pelaku untuk menyampaikan sesuatu kepada saksi korban sesuai kemauan pelaku.

"Jadi membangun opini seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hal itu baru kami dengar dan konfirmasi bahwa ada upaya pembentukan opini," ujar dia.

Bahkan, LPSK juga menemukan opini yang diduga dilakukan pihak pelaku agar korban atau masyarakat setempat mengaku tidak menjadi korban dan justru bersyukur atas keberadaan kerangkeng tersebut.

Baca juga: LPSK temukan fakta baru soal kerangkeng milik Bupati Nonaktif Langkat

Baca juga: KPK fasilitasi Polda Sumut periksa Bupati Langkat soal kerangkeng

Baca juga: Polisi temukan barang bukti penganiayaan kerangkeng Bupati Langkat

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2022