Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan hilirisasi sumber daya mineral dapat memperkuat struktur ekonomi Indonesia untuk memastikan keberlanjutan dan inklusivitas pemulihan dari dampak COVID-19.

Hilirisasi sumber daya mineral diperlukan karena tiga alasan utama, kata Dody dalam webinar "Bergeser ke Industri Bernilai Tambah Lebih Tinggi" yang dipantau di Jakarta, Senin, yakni yang pertama, pembentukan industri hilir akan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi, sehingga mendukung ekspor dan menjadikan Indonesia lebih terhubung dengan rantai nilai global.

Selanjutnya yang kedua yaitu penciptaan industri hilir akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk manufaktur impor bernilai tambah lebih tinggi.

"Yang terakhir, pengembangan industri dengan nilai tambah yang lebih tinggi akan mengaitkan industri besar dengan industri pendukung di dalam negeri, sehingga mencapai pertumbuhan yang lebih inklusif," imbuhnya.

Ketiga alasan utama tersebut mendasari kebijakan ekspor bahan baku yang telah diterapkan sejak tahun 2020. Ke depan, hilirisasi sumber daya mineral juga akan mendukung transisi menuju kegiatan ekonomi yang lebih hijau.

"Ini mengingat produk industri hilirisasi seperti nikel merupakan masukan utama untuk produk yang mendukung transisi hijau" katanya.

Karena itu pemerintah terus menjadikan hilirisasi industri sumber daya mineral sebagai prioritas karena potensinya yang besar, termasuk terkait ketersediaan di Indonesia.

"Potensi tersebut juga datang dari komitmen kuat pemerintah dengan menyediakan sejumlah insentif dan potensi permintaan terhadap produk industri hilir mulai dari kendaraan listrik hingga produk energi hijau," katanya.

Baca juga: Presiden lepas ekspor perdana "smelter grade" alumina
Baca juga: Pemerintah akan fokus sasar hilirasi kejar target investasi 2022
Baca juga: Luhut: larangan ekspor bijih nikel dipercepat untuk tarik investasi

 

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022