Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyayangkan jumlah peneliti Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan negara lain, dengan jumlah peneliti setara penuh waktu hanya 216 orang per 1.000.000 penduduk pada 2018.

"Data menunjukkan jumlah peneliti di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara lain. Indonesia tertinggal jauh puluhan kali lipat dibanding ketersediaan peneliti di Jepang dan Korea Selatan pada tahun 2018," kata Wapres di acara Indonesia Economic Outlook 2022 National Seminar melalui konferensi video dari Jakarta, Senin.

Berdasarkan data UNESCO Institute for Statistics (UIS) 2016-2018, jumlah peneliti di Jepang sebanyak 5.331 orang dan di Korea Selatan mencapai 7.980 orang. Sementara di China dan Rusia, lanjut Wapres, jumlah penelitinya sebanyak 1.307 orang dan 2.784 orang per 1.000.000 penduduk.

"Demikian pula ketersediaan ilmuwan dan insinyur, yang diketahui dari persentase lulusan pendidikan tinggi di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika (Stem), di Indonesia juga masih rendah," sebutnya.

Persentase lulusan bidang Stem di Indonesia tercatat di 2016 sebanyak 18,62 persen, di 2017 sebanyak 18,55 persen dan di 2018 meningkat sedikit menjadi 19,42 persen.

Baca juga: Wapres: Indonesia harus berdikari secara ekonomi digital

Baca juga: Wapres harap Indonesia tidak hanya jadi pasar besar produk global


"Situasi ini tergolong rendah dibandingkan negara anggota G20, seperti India dan Rusia, yang pada tahun 2018 berurutan sebanyak 32,65 persen dan 31,06 persen," jelasnya.

Dengan kondisi jumlah peneliti yang sangat rendah tersebut menyebabkan jumlah paten di Indonesia juga masih sedikit. Wapres menyebutkan jumlah paten di Indonesia pada 2020 baru mencapai 1.309 aplikasi paten, jauh lebih sedikit dibandingkan Brasil (5.280), India (23.141), Amerika Serikat (269.586) dan China (1.344.817).

"Implikasi dari faktor-faktor tersebut menyebabkan inovasi belum menjadi praktik keseharian dalam banyak lapangan kehidupan, khususnya di bidang ekonomi," tuturnya.

Merujuk pada laporan Global Innovation Index (GII) 2021, yang dirilis oleh The World Intellectual Property Organisation (WPO), Wapres mengatakan Indonesia menempati peringkat empat terbawah sebagai negara inovatif di Asia Tenggara.

"Ranking indeks inovasi global Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina dan Brunei Darussalam. Padahal slogan populer hari ini adalah ‘inovasi atau mati’," ujar Wapres.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022