Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menurunkan tingkat emisi yang ditargetkan pada 2030 atau lebih cepat.

"Komitmen Indonesia dalam penurunan emisi sangat jelas. Kita di COP26 kemarin di Glasgow, jelas posisi kita. Di situ juga pengembangan mobil listrik disampaikan," katanya dalam webinar yang digelar ITS secara daring di Jakarta, Rabu.

Sejalan dengan komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia juga menargetkan penggunaan EV, khususnya kendaraan motor, secara menyeluruh pada  2060.

Luhut menuturkan peningkatan permintaan global terhadap EV juga akan meningkatkan permintaan nikel. Pada 2020, permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250kt Ni.

Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.

"Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030," ujarnya.

Dengan potensi yang dimiliki, menurut Luhut, Indonesia berpotensi menjadi hub rantai pasok global untuk EV karena memiliki potensi mineral yang besar. Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.

Luhut pun mengakui diperlukan investasi yang masif dan komprehensif untuk ekosistem EV di Indonesia. Pasalnya, ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri dari ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur isi ulang (charging) hingga daur ulangnya.

Saat ini tengah dibangun pabrik sel baterai kedaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 GWh dengan total nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,9 triliun (kurs Rp14.500). Pembangunan pabrik ini merupakan bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar dolar AS.

"Ini pekerjaan panjang. Kita bersyukur ini terjadi dan kita harap mulai produksi 2023," imbuhnya.

Luhut juga menyampaikan Indonesia perlu investasi yang masif untuk pembangunan infrastruktur pengisian ulang baterai.

Ditargetkan untuk pembangunan SPKLI pada 2030 mencapai 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit.

"Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir," tambahnya.

Luhut mengatakan komitmen terhadap perubahan iklim, potensi nikel yang besar dan mineral logam lainnya, serta ada ambisi serius untuk mewujudkan industri kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir menjadikan Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam membangun ekosistem rantai pasokan global baik untuk industri baterai maupun kendaraan listrik berbasis baterai.

"Investasi hijau adalah fondasi utama untuk mencapainya," katanya.



Baca juga: Luhut: RI beri kemudahan investasi baterai dan kendaraan listrik

Baca juga: Luhut optimis Indonesia akan capai target "net zero emission" 2060

Baca juga: Luhut minta Wuling pasarkan mobil listrik paling lambat akhir 2022

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021