Teheran (ANTARA News) - Ebrahim Yazdi, pemimpin partai liberal terlarang berusia 80 tahun yang ditangkap pada 1 Oktober, dibebaskan dari penjara, Minggu, kata kantor berita resmi IRNA, seperti dilaporkan AFP.

Yazdi, seorang mantan menteri luar negeri, ditangkap di kota Isfahan bersama sejumlah anggota lain Gerakan Kebebasan Iran.

Ia juga ditangkap pada Juni 2009 selama gelombang kerusuhan yang terjadi setelah terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad dalam pemilihan yang dipersoalkan oposisi karena pemilu itu dianggap curang.

IRNA mengatakan bahwa Yazdi, yang menjabat selama pemerintah pertama setelah revolusi Islam 1979 yang menggulingkan kekusaan shah Iran, mengumumkan pengunduran dirinya sebagai ketua partainya, tanpa memberikan alasan.

Sementara itu, situs-situs oposisi mengatakan, sedikitnya 20 tokoh oposisi yang ditangkap dalam dua tahun terakhir dan dijatuhi hukuman penjara lama diizinkan keluar untuk menikmati liburan tahun baru Iran mulai Senin bersama keluarga mereka.

Mereka harus kembali lagi ke penjara ketika liburan berakhir pada awal April.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan presiden Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Mousavi dan Karroubi adalah calon-calon presiden yang kalah dalam pemilihan dua tahun lalu, namun mereka menganggap pemilu itu dicurangi.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi pada 27 Desember 2009, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel, dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan, 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember 2009, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011