Wellington  (ANTARA News) - Sebuah tim pencari Jepang yang sedang bekerja di kota Christchurch, Selandia Baru, yang bulan lalu rusak berat karena gempa, melakukan persiapan terburu-buru untuk kembali ke kampung halamannya, Sabtu, guna membantu menangani krisis di negara mereka sendiri.

Sebuah tim pendahulu dari tim pencari dan penyelamat Selandia Baru juga akan segera dikirim ke Jepang untuk membantu upaya pemulihan pasca gempa, kata Perdana Menteri Selandia Baru John Key seperti dikutip AFP.

Gempa bumi 8,9 SR di lepas pantai timur Jepang, Jumat, menimbulkan tsunami yang melanda negara itu, dan memusnahkan kota-kota yang dikhawatirkan menelan korban tewas lebih dari 1.000 jiwa .

Key mengatakan enam warga Selandia Baru akan menuju Jepang, Sabtu dan 42 lainnya mungkin menyusul esok Minggu setelah permintaan dari Tokyo.

Jepang mengirimkan 66 ahli pencarian dan penyelamatan dan tiga anjing penyelamat ke Christchurch setelah gempa pada 22 Februari yang diyakini telah menewaskan lebih dari 200 orang.

Mereka mengfokuskan pekerjaan mereka di gedung CTV di pusat kota dimana 28 warga negara Jepang diyakini terjebak bersama dengan mahasiswa asing lainnya di sebuah sekolah bahasa Inggris.

"Perhatian saya ditujukan pada semua rakyat Jepang saat ini," kata Penanggung Jawab Pertahanan Sipil Selandia Baru Steve Brazier ketika tim pencari Jepang mengumumkan mereka mempersingkat pekerjaan mereka di Christchurch.

"Tim pencari dan penyelamat perkotaan Jepang memberi sumbangan yang sangat berharga dalam upaya penyelamatan akibat gempa. Mereka datang ke Selandia Baru tanpa ragu-ragu dan bekerja tanpa lelah selama dua setengah pekan".

Sementara itu, tim hoki wanita Jepang yang sedang tur ke Selandia Baru mengatakan akan terus bermain setelah mengetahui bahwa tidak ada anggota keluarga para pemain yang terpengaruh oleh gempa bumi mematikan itu.

Jepang memenangkan pertandingan pertama dari lima pertandingan uji coba melawan Selandia Baru dengan skor 2-0 pada Jumat dan pertandingan kedua akan dilaksanakan Minggu.

G003/A011

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011