Jakarta (ANTARA/JACX) - Beredar sebuah tangkapan layar yang memuat informasi adanya 48.000 orang yang meninggal dalam 14 hari setelah mendapat vaksin COVID-19.

Dalam tangkapan layar berbahasa Inggris itu, data diklaim diambil dari Medicare Tracking System. Namun, saat ditelusuri data dari informasi yang beredar tersebut tidak berdasar. 

Lalu benarkah kabar itu?
Tangkapan layar hoaks yang mengatakan 48 ribu orang meninggal setalah divaksin COVID-19. (Kominfo)
Penjelasan:

Berdasarkan penelusuran Antara kabar itu tidak benar. Mengutip kominfo.go.id ternyata tidak ditemukan adanya situs atau basis data yang disebut dengan Medicare Tracking System. 

Centers for Medicare & Medicaid Services (CMS) sebagai pihak yang dicatut menegaskan sejauh ini pihaknya tidak memiliki Medicare Tracking System. Data CMS memang menampilkan data “Rumah Perawatan COVID-19” dan “Kasus Rawat Inap Medicare COVID-19”, tetapi tidak ada data tentang kematian setelah vaksinasi. 

Juru bicara CMS menyebut data 48.000 itu tidak akurat. 

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dalam situsnya menyebut, Sistem Pelaporan Kejadian Buruk Vaksin (VAERS) menerima 8.390 laporan kematian atau sebesar 0,0021 persen dari jumlah orang yang divaksinasi COVID-19 antara 14 Desember 2019 hingga 4 Oktober 2021.

Klaim: 48.000 Orang Mati Setelah Divaksin
Rating: Hoaks

Cek fakta: Hoaks! Semua pemilik KTP wajib bayar pajak

Cek fakta: Hoaks! Jokowi akan reshuffle Risma karena dianggap sering marah-marah

 

Pewarta: Tim JACX
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2021