Jayapura (ANTARA) - Kontingen tinju Sulawesi Selatan harus puas dengan hanya membawa pulang medali perunggu setelah harapan terakhir mereka, yakni Yosua Holy Masihor, menderita kekalahan di babak semifinal Pekan Olahraga Nasional Indonesia (PON) XX Papua.

Yosua di partai semifinal kelas 52 kg tersingkir oleh petinju Riau Ingatan Illahi dalam pertandingan yang digelar di GOR Cendrawasih, Kota Jayapura.

Petinju berusia 21 tahun itu mengaku tidak dalam kondisi prima setelah mengalami cedera di bagian tangan kanannya.

Akibatnya, pukulan tangan kanannya tidak lagi sekeras biasanya. Jab, huk uppercut maupun straight-nya, begitu lemah. Ia bahkan lebih banyak bertahan.

Baca juga: Maluku loloskan dua petinju di partai final PON Papua 

Kesempatan ini pun dimanfaatkan oleh Ingatan Illahi. Petinju betubuh pendek itu terus menyerang, mulai dari ronde awal hingga ronde ketiga.

Mendapat serangan bertubi-tubi, pertahanan Holy goyah. Di ronde kedua, ia sempat terkena pukulan keras hingga terhempas ke lantai ring, dan Wasit menghitung sampai delapan.

Tapi, Oy, sapaan akrab Yosua, yang berada di sudut biru itu tak mau menyerah. Ia tetap melanjutkan pertarungan demi mengejar ketertinggalan poinnya. Sayang, upayanya tak membuahkan hasil positif. Petinju andalan Sulsel ini pun dinyatakan kalah.

‘’Lengan kanan Oy (Yosua) cedera. Kalau dia memukul, tangannya terasa nyeri. Ya, apa boleh buat. Harus diakui kali ini lawan lebih mujur,” ujar pelatih tinju Sulsel sekaligus ayah Yosua, Dufri Masihor, usai laga. 

Yosua merasakan cedera di akhir ronde ketiga saat bertarung dengan petinju Bangka Belitung di babak penyisihan. Saat itu, ia melepaskan straight, namun tangannya justru mendarat di siku Ade Ilham.

Kerasnya pukulan Yosua itu menyebabkan otot lengan kanannya tertarik. Ia pun sempat menahan sakit. Untungnya, cedera itu baru ia rasakan jelang berakhirnya ronde ketiga.

Baca juga: Dua petinju Sulsel bertemu tuan rumah di babak penyisihan PON Papua 

Sementara itu, Manajer Tinju Sulsel Muh Tawing mengatakan untuk memulihkan rasa nyeri di lengan atlet binaannya itu membutuhkan waktu minimal satu pekan.

‘’Tapi, waktu recovery sangat terbatas. Ini salah satu penyebab. Tapi mau diapakan lagi, memang sudah seperti itu aturannya,’’ kata pria yang juga menjabat Ketua Pertina Kota Makassar itu. 

Dengan demikian, kandasnya Oy di babak semifinal mengubur impian Sulsel menjaga tradisi emas PON. Ia hanya pulang membawa medali perunggu.

Meski begitu, menurut Tawing tidak ada yang harus disesali. ‘’Kita sudah berusaha. Tapi Tuhan berkehendak lain. Yang pasti, saya tetap mengapresiasi kerja keras pelatih dan seluruh atlet, baik selama persiapan hingga pelaksanaan PON di Papua." 

Baca juga: Pertina Sulsel optimistis rebut medali emas di PON Papua 
 

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021