Canberra (ANTARA/ News) - Dukungan mengalir dari seluruh dunia dengan tawaran bantuan datang buat Queensland, saat negara bagian itu berjuang menghadapi banjir, kata Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd, Rabu.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, Amerika Serikat dan Inggris, bersama dengan negara Eropa dan Afrika, telah menawarkan dukungan guna menanggulangi banjir di Queensland, sebagaimana dikutip dari Xinhua-OANA/Reuters.

"Kita kebanjiran ungkapan dukungan dari seluruh dunia, tawaran bantuan materil," kata Rudd kepada Nine Network, Rabu. "Jadi, ini telah menarik perhatian dunia."

Rudd juga mengucapkan terima kasih kepada rakyat di seluruh Australia atas dukungan seruan untuk meredakan dampak banjir dan mendesak mereka agar terus memberi sumbangan, sebab masalah sesungguhnya akan membentang selama 12 bulan ke depan.

Australia menghadapi bencana banjir terparah dalam sejarahnya. Sebanyak 10 orang dikonfirmasi tewas, separuh dari mereka anak kecil, dan sebanyak 78 (menurut Reuters, lebih dari 90) orang hilang di bagian tenggara Queensland.

Air mengalir melewati Brisbane, kota terbesar ketiga di Australia, mengancam akan menenggelamkan 6.000 rumah dan membuat makin banyak orang menghadapi risiko, sementara air di Wivenhoe Dam --yang dibangun untuk menyelamatkan ibukota Queensland tersebut dari terulangnya banjir yang memporakporandakan wilayah itu pada 1974-- mencapai batas tertingginya.

Rudd mengatakan karena keadaan diramalkan akan bertambah parah pekan ini, semua warga "merasa cemas tapi tetap bertekad kuat" dan ia sendiri merasa khawatir.

Ribuan warga di Brisbane, kota dengan dua juta warga, meninggalkan rumah mereka pada Rabu, saat banjir bandang mengancam akan merendam daerah finansial tersebut, sehingga membuat orang dengan panik membeli makanan sementara pemerintah berjuang menemukan puluhan orang yang hilang.

Banjir yang bertambah parah memaksa para ahli ekonomi menaikkan perkiraan dampak ekonominya. Seorang anggota dewan direksi bank sentral, sebagaimana dikutip Rabu, mengatakan bencana tersebut dapat menimbulkan kerugian sebesar satu persen dari pertumbuhan ekonomi Autralia --sama dengan hampir 13 miliar dolar Australia, dua kali lipat dari perkiraan tertinggi sebelumnya.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011