Longsor merupakan ancaman permanen sehingga dibutuhkan solusi permanen
Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMG) Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) menekankan pentingnya mendokumentasikan titik longsor lama untuk pembelajaran dan membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi longsor akibat curah hujan tinggi.

"Longsor merupakan ancaman permanen sehingga dibutuhkan solusi permanen. Terutama dalam menghadapi periode September 2021-Mei 2022, dimana terdapat potensi tinggi pergerakan tanah," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto dalam rapat koordinasi Tim Intelijen Penanggulangan Bencana: Antisipas Bencana Hidrometeorologi secara daring dipantau dari Jakarta, Kamis.

Agus menjelaskan peran pemerintah sebagai pihak otoritas, akademisi, pebisinis, masyarakat dan media sangat penting untuk membangun kesiapsiagaan dengan membentuk dokumen kontinjensi dinamis.

Baca juga: BMKG sebut Sulteng masih berpotensi hujan lebat dalam 20 hari ke depan

"Tugas BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk mendokumentasikan titik longsor lama, mempersiapkan dokumen kontinjensi," kata dia.

Agus menekankan proses peringatan dini terhadap longsor dapat dilakukan dengan memahami tempat masyarakat berpijak. Kemudian memahami titik longsor lama, dan kondisi batuan dan air tanah,

Selain itu, masyarakat juga bisa memantau apakah terdapat perubahan tata guna lahan, retakan tanah, maupun perubahan wujud air di jalur mata air, sebagai indikator kewaspadaan potensi pergerakan tanah yang menyebabkan longsor.

Baca juga: Polres Polman bersihkan longsor di Desa Lenggo

Data-data yang terkumpul dari pemantauan tersebut dapat langsung dilaporkan kepada pemerintah setempat maupun BPBD, dan Badan Geologi untuk ditindaklanjuti dan antisipasi segera, kata Agus.

"Selalu siapkan dokumen kontijensi dinamis untuk membangun skenario saat curah hujan tinggi, kemudian integrasi peta prakiraan dan titik longsor lama dalam skenario saat hujan. Menyusun SOP bencana dan menyusun kebutuhan pra hingga pascabencana," kata dia.

Selain itu Agus merekomendasikan agar dokumen kontinjensi dapat disimulasikan "sampai mendarah daging" hingga tingkat Rukun Tetangga ke individu.

Baca juga: Jalan Lenggo di pedalaman Polman tertutup longsor

Adapun tambahan rekomendasi lainnya yakni pembentukan tim reaksi cepat untuk melakukan kajian hingga tindak lanjut, serta membudayakan ronda di kalangan masyarakat saat memasuki musim hujan. Hal tersebut guna membangun jaringan yang akan mempermudah pelaporan pergerakan tanah.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi menyusul prediksi musim hujan yang datang lebih awal dari biasanya pada tahun 2021.

“Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi,” ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca juga: Longsor telan 5 korban jiwa, Pemkab Karo sampaikan duka cita mendalam

Dwikorita menyebutkan sejumlah wilayah di Indonesia diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya

Di antaranya sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan dan Papua bagian selatan.

Untuk itu, BMKG mengimbau pemerintah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.

Baca juga: Tanah longsor tutup ruas jalan Padang-Bukittinggi di Agam

 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021