Jakarta (ANTARA News) - Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta, Senin, mensosialisasikan teknik operasi bedah jantung tanpa mesin pintas jantung (Cardio Pulmonary Bypass) yang dinilai cukup efektif dan tingkat keberhasilannya maksimal, serta biaya relatif lebih murah.

"Bedah jantung invasif minimal merupakan teknologi yang memungkinkan dokter mengoperasi tanpa membuka rongga dada pasien, sedang operasi jantung yang biasa melalui pembukaan," kata Kepala UPF Bedah RSJPDHK Dr Maizul Anwar, SpBTKV.

Maizul mengemukakan hal itu kepada pers di Jakarta, Senin, didampingi Dirut RSJPDHK Dr Anwar Santoso, PhD, Direktur Pelayanan RSJPDHK Dr Anna Ulfah Rahajoe, SpJP dan dihadiri pakar bedah jantung dari RS Swiss Dr Stephan Jacobs, MD.

Maizul menjelaskan, efektivitas teknik operasi tersebut yakni lebar sayatan hanya 5 cm, sedang dengan teknik operasi biasa lebar sayatan mencapai 15 cm, dan teknik baru pasien cukup dirawat hanya lima hari, sedang teknik biasa lama perawatan tujuh hari, serta total biayanya hanya sekitar Rp70 juta.

Menurut dia, dalam bedah jantung invasif minimal atau disebut bedah "lubang kunci", bahwa dokter hanya perlu membuat membuat tiga lubang kecil di dada kanan pasien. Lewat lubang-lubang tersebut, dimasukkan alat operasi dan kamera sebagai "mata" dokter.

Situasi bagian dalam tubuh pasien ditampilkan lewat layar monitor, sedangkan alat-alat operasinya dijalankan secara manual oleh dokter.

"Teknik ini merupakan modifikasi teknik operasi endoskopik yang biasanya menggunakan robot yang biayanya miliaran rupiah, bisa dihemat hanya beberapa puluh juta sebab dengan menggunakan tenaga dokter," katanya.

Teknik ini, kata Maizul, juga dinilai lebih aman untuk pasien, bisa mengurangi sesedikit mungkin komplikasi operasi, serta mempersingkat proses penyembuhan luka pasien pascaoperasi. Secara kosmetik, operasi itu juga lebih menguntungkan karena tidak meninggalkan bekas luka berukuran besar.

Maizul menjelaskan, operasi jantung koroner atau operasi bypass merupakan operasi terhadap pasien dengan gangguan penyempitan pembuluh darah pada arteri koronaria jantung. Operasi ini ditangani tim dokter ahli bedah jantung, ahli jantung, anestesi khusus bedah jantung, ahli rehabilitasi medis jantung.

Faktor pemicu jantung koroner, antara lain kolesterol tinggi, darah tinggi, merokok, usia dan keturunan. Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab kematian utama penduduk Indonesia. Penyakit ini terjadi akibat penyempitan pembuluh koroner yang berfungsi menyuplai darah dan oksigen ke jantung.

RSJPDHK sejak 2005 telah melaksanakan tindakan operasi jantung minimal invasif kepada sekitar 40 pasien, sedang untuk operasi bedah pada penderita jantung koroner yang biasa pada 2009 mencapai 2000 pasien.

RSJPDHK melaksanakan simposium efektivitas tindakan operasi jantung minimal invasif selama 22-23 November 2010 di gedung RSJPDHK Jakarta diikuti puluhan dokter ahli bedah jantung se-Indonesia.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010