Street art juga bisa menyampaikan pesan kemanusiaan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Kesenian Jakarta Komite Seni Rupa, Aidil Usman mengatakan visual bisa jadi medium pesan efektif di tengah hoaks yang bertebaran saat ini, misalnya "street art" yang mampu membawa pesan dalam bagian gerakan sosial, termasuk di tengah pandemi COVID-19.

"Ada beberapa kasus saat pandemi di mana banyak hoaks bertebaran, seperti vaksinasi merupakan ancaman kematian sehingga banyak orang takut divaksin," kata Aidil dalam webinar “Social Movement on Street art in the Time of Pandemic”, Jumat.

"Apakah ini kegagalan cara berkomunikasi tentang vaksinasi, atau pilihan kata-kata yang tidak sampai? Sementara street art ada di mana-mana, ada cara lain agar diplomasi dilakukan secara visual," lanjut dia.

Seniman "street art" dari Yogyakarta, Farhan Siki, mengatakan saat ini seniman juga berhadapan dengan krisis hidup dan mati di tengah pandemi. Sama seperti industri lainnya yang terdampak, Farhan mengatakan seniman juga harus berjuang di tengah turunnya pemasukan.

"Tapi kita harus memacu krisis ini menjadi energi untuk berkarya baik di ruang publik atau studio," ujar Farhan.

Karya yang lahir dari seniman bisa menjadi bentuk ekspresi yang artistik atau medium untuk membangun kesadaran di mana pesan sosial kuat menjadi kunci. Isu yang diangkat bervariasi tergantung dari si pencipta visual, ada yang tertarik dengan isu politik hingga isu pandemi seperti pesan vaksinasi atau protokol kesehatan.

Kurator Seni Jakarta Art Movement, Bambang Asrini, mengatakan jenis seni "street art" memang bisa menyampaikan pesan secara lebih efektif, terutama bila seniman memakai bahasa visual yang sesuai dengan budaya di lingkungan tersebut.

"Street art juga bisa menyampaikan pesan kemanusiaan," kata Bambang.

Seniman Arahmaiani menyampaikan hal serupa mengenai pentingnya seniman "street art" meramu pesan yang paling pas dengan masyarakat sekitar saat berkarya. Latar belakang budaya harus dipahami agar seniman bisa berkomunikasi lewat karya, di sisi lain masyarakat juga bisa memahami apa yang ingin disampaikan gambar tersebut.

"Karena karya street art bukan sekadar ekspresi tapi dibuat juga untuk berkomunikasi," kata Arahmaiani yang berbasis di Yogyakarta.

Dalam webinar tersebut, seniman "street art" di dunia seni rupa disebut sebagai seniman yang paling mungkin membuat gerakan sosial secara nyata di masa pandemi. Sebab, mereka tak hanya mampu mengekspresikan karya-karya visual yang sifatnya individual, tapi juga kerja-kerja komunal dan menyentuh publik secara langsung lewat karya di luar ruangan.

Seniman "street art" secara riil juga mampu berkolaborasi dengan siapapun untuk mengembangkan diri dengan kelompoknya pun komunitas-komunitas lintas disiplin di sektor ekonomi kreatif, budaya bahkan sosial.

Arahmaiani meyakini seniman bisa turut serta mencari solusi kreatif dan inovatif menghadapi pandemi, namun hal itu harus dilakukan bersama-sama dengan banyak pihak.

"Butuh pendekatan holistik," tutup dia.

Baca juga: Bentara Budaya Bali dan kedubes Australia gelar kolaborasi "street art"

Baca juga: Google Street View petakan ruangan Museum Nasional

Baca juga: Masalah ibukota dalam Dinding Berpuisi

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021