Ada beberapa keunggulan dengan adanya perempuan di parlemen
Jakarta (ANTARA) - Politisi muda Dyah Roro Esti mengharapkan keterwakilan perempuan di DPR RI memenuhi kuota 30 persen sesuai UU Nomor 12 tahun 2004 tentang Pemilu.

Menurut dia, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu, pada periode 2019-2024, per Januari 2021 terdapat 123 jumlah perempuan di DPR atau baru mencakup 21,39 persen, sehingga masih di bawah target sesuai UU Pemilu.

"Ada beberapa keunggulan dengan adanya perempuan di parlemen, salah satunya adalah kecenderungan para perempuan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, hingga merumuskan kebijakan yang sifatnya long term yang langsung berdampak pada para generasi penerus bangsa," kata Anggota Komisi VII DPR tersebut saat acara Roro Talks dengan tema "Woman in Politics" melalui fitur IG Live Instagram.


Baca juga: Wasekjen Golkar: Keterwakilan perempuan di legislatif harus ditambah

Mengangkat isu SDG 5: Kesetaraan Gender, dalam talkshow ini, Roro Esti berdiskusi dengan Anggota Komisi X DPR RI Krisdayanti dan politisi muda dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany Alatas.

Roro Talks merupakan sebuah platform diskusi yang diinisiasi Roro Esti dengan tujuan untuk berbagi ilmu, membahas topik-topik yang berkaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), isu keberlanjutan secara keseluruhan, hingga kepemudaan.

Sebuah inisiatif yang diharapkan dapat meningkatkan transparansi di parlemen dengan mengikutsertakan masyarakat umum di dalam diskusi-diskusi tersebut.

Roro Esti mencontohkan RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang saat ini dibahas di komisinya diharapkan dapat menciptakan masa depan yang berkelanjutan.


Baca juga: Puan: Perempuan jangan ragu terjun di dunia politik

"Ada tiga poin, pertama, perempuan punya kecenderungan untuk mendorong equal rights. Kedua, perempuan mempunyai kecenderungan mendorong kebijakan yang bersifat long term. Dan, yang terakhir, perempuan mempunyai kecenderungan menggunakan hati dan memiliki sensitivitas untuk memperjuangkan dan menjalankan tugasnya," ujar politisi muda Partai Golkar tersebut.

Sementara itu, Krisdayanti menjelaskan karirnya di dunia politik diawali dengan niatan yang besar untuk membangun bangsa.

"Ya, ini berkah yang luar biasa, kesempatan yang luar biasa dan gak semua punya kesempatan ini. Jadi, kalo kita bawa politik ini untuk sesuatu kebaikan walaupun dari sudut pandang yang berbeda, A bilang ini, B bilang itu, tapi tujuannya semuanya untuk kebaikan bangsa kita kenapa enggak? Kita bergerak bergotong royong, insha Allah kita akan bisa mencapai sebuah kebaikan untuk bangsa kita," paparnya.

Sebagai seorang figur publik, Krisdayanti melihat hal ini sebagai kesempatan untuk memulai kiprahnya di dunia politik untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat, sesuai lingkupnya di Komisi IX DPR yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan.


Baca juga: Survei: Keterwakilan perempuan di DPR capai 20,52 persen

KD, panggilan akrabnya, pun menjelaskan upaya yang dilakukan dalam menyeimbangkan kehidupannya sebagai politisi, penyanyi, ibu, dan istri, mengingat bahwa sejatinya seorang perempuan memiliki banyak peran yang tidak kalah pentingnya satu sama lainnya.

Adapun Tsamara mengaku sejak belia sudah memiliki ketertarikan di bidang politik.

"Menjadi politisi itu arti gampangnya satu tanda tangan atau satu statement atau satu dorongan politis itu sangat efektif dibanding dengan gerakan-gerakan di luar politik, ada efektivitasnya, tetapi tidak seefektif politik," katanya.

Namun begitu, ia tidak memungkiri bahwa partai politik juga tidak luput dari adanya kekurangan, sehingga mereka yang terjun di dunia politik harus berkompromi antara realita dengan idealisme mereka agar mampu menghasilkan kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Tsamara juga berbagi harapannya kepada para politisi di parlemen agar dapat memperjuangkan RUU PKS yang sangat marak dibahas dan dinantikan masyarakat.


Baca juga: Melihat representasi dan kepemimpinan perempuan di DPR RI 2019-2024

Baca juga: DPR soroti belum tercapainya 30 persen perempuan di parlemen

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021