Jakarta (ANTARA) - Kalau melihat catatan pertemuan antara kedua negara, Austria seharusnya tidak silau kepada Italia yang perjalanannya ke 16 besar lebih mulus ketimbang mereka, juga dalam kualifikasi.

Dalam 36 pertemuan antara kedua negara, 12 kali Austria mengalahkan Italia. Tetapi kemenangan-kemenangan itu terjadi dulu sekali sebelum Desember 1960. Setelah 1960, Italia selalu memenangkan pertandingan di antara mereka, termasuk pada empat putaran final Piala Dunia.

Untuk putaran Euro sendiri, kedua tim baru kali ini bertemu. Italia lebih difavoritkan menang, tapi tak ada yang tak mungkin dalam sepakbola, sekalipun mengalahkan Italia era ini sungguh tugas yang amat berat, termasuk bagi andalan Austria David Alaba yang walau posisi aslinya palang pintu tapi ahli dalam menusuk pertahanan lawan.

Tangguhnya lini pertahanan sudah menjadi pengetahuan umum seisi turnamen. Tak pernah kebobolan dalam tiga pertandingan fase grup, sebaliknya tujuh kali membobol lawan. Dalam tiga laga itu, Italia hanya menerima 12 tendangan lawan yang tak satu pun tepat sasaran.

Baca juga: Italia hidupkan semangat hadapi Euro 2020 setelah gagal di Piala Dunia

Tapi cerita ketangguhan Italia sudah diketahui dari zaman ke zaman, sejak catenaccio yang terkenal pada 1960-an dan 1970-an, dan ini ditakutkan lawan-lawannya. Kini, pertahanan ini pula yang menjadi faktor sangat dominannya Italia.

Tidak hanya dalam putaran final, pada 11 pertandingan terakhir dalam semua kompetisi, mereka konsisten mempertahankan clean sheet atau tidak kebobolan. Terakhir kali gawang mereka dibobol adalah oleh Donny van de de Beek pada Oktober 2020. Sudah 1.055 menit atau 17 jam 35 menit masa pertandingan, gawang Azzurrii tak bisa disentuh lawan.

Jika Austria juga tak bisa menjebol Italia dalam 16 besar di Stadion Wembley, London, Minggu dini hari pukul 02.00 WIB, maka Italia akan mengulangi catatan fantastis 12 pertandingan tanpa kebobolan seperti tercipta dalam kurun 1972 sampai 1974.

Baca juga: Pelatih Austria ingin laga lawan Italia dipindah dari Wembley

Penjaga gawangnya, Gianluigi Donnarumma, juga berpeluang memecahkan rekor Walter Zenga yang menempati urutan kedua kiper Italia paling lama tak kebobolan, selama 936 menit. Jika ini terpecahkan, maka Donnarumma berikutnya bisa memecahkan rekor 1.143 menit tak kebobolan yang dipegang Dino Zoff yang merupakan rekor sepanjang masa Italia.

Kalau bagi Italia pertandingan ini juga menyangkut rekor-rekor yang berusaha dipecahkan, selain ambisi juara Eropa untuk kedua kalinya, maka bagi Austria yang penting adalah menjaga momentum baik terpelihara, tanpa silau oleh pencapaian-pencapaian Italia.

Austria baru sekali ini lolos ke fase knockout putaran final Euro, walaupun pernah melakukannya pada Piala Dunia 1954.

“Kami memang underdog,” aku pelatih Austria Franco Foda. Tapi, sekecil apa pun peluang itu akan dimaksimalkan oleh Austria agar bisa membalikkan posisi underdog itu.

Baca juga: Austria berambisi kejutkan Italia walau cuma punya kans 10 persen

Foda berjanji tidak akan memerintahkan pemain-pemainnya mundur melindungi pertahanannya. “Italia akan menaruh respek kepada kami dan mereka juga akan menyaksikan kami juga bisa agresif,” janji Foda seperti dikutip Reuters.

“Tim kami sejauh ini sudah mencapai hal yang luar bisa dengan lolos ke fase gugur. Kini kami berada di 16 besar dan kami ingin melakukan semua hal demi mengayunkan langkah berikutnya ke Muenchen (perempatfinal),” kata Foda.

Prediksi sebelas pemain pertama

Italia (4-3-3):
Gianluigi Donnarumma; Giovanni Di Lorenzo, Leonardo Bonucci, Alessandro Bastoni, Leonardo Spinazzola; Nicolo Barella, Jorginho, Marco Verratti; Domenico Berardi, Ciro Immobile, Lorenzo Insigne

Austria (4-2-3-1): Daniel Bachmann; Stefan Lainer, Aleksandar Dragovic, Martin Hinteregger, David Alaba; Xaver Schlager, Florian Grillitsch; Konrad Laimer, Marcel Sabitzer, Cristoph Baumgartner; Marco Arnautovic

Baca juga: Lima rahasia sukses Italia dalam Euro 2020

Selanjutnya skenario pertandingan

Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021