Ambon (ANTARA News) - Sampah yang dibuang secara sembarangan oleh warga masyarakat yang tidak bertanggungjabat merusak seluruh ekosistem Teluk Ambon.

Kepala Balai Konservasi Biota Laut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon, Augy Syahailatua mengatakan hal itu kepada ANTARA News, di Ambon, Selasa.

Ia mengatakan, tumpukan sampah, terutama yang berbahan plastik bisa mematikan ekosistem di Teluk Ambon.

Selain dapat mematikan habitat padang lamun, terumbu karang dan koral, sampah plastik juga dapat membunuh tanaman mangrove yang baru tumbuh.

"Sampah plastik yang bertumpuk pada tanaman laut, tidak hanya menghalagi pertumbuhannya, tetapi juga dapat menyebabkan matinya tanaman tersebut," katanya.

Augy Syahailatua menjelaskan, rusaknya ekosistem laut tidak hanya dapat menyebabkan berpindahnya seluruh jenis ikan-ikan yang yang menghuni Teluk Ambon, tapi juga membuat mereka mati.

"Jika tidak merasa nyaman dengan lingkungannya yang sekarang, ikan-ikan akan mencari tempat yang baru," ujar Syahailatua.

Ia mencontohkan, tahun 70-an masyarakat kota Ambon masih bisa memancing ikan cakalang di tepi laut, tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi, karena sebagian ekosistem daerah pesisir Teluk Ambon sudah banyak yang rusak.

"Saya pernah mendapatkan informasi kalau pada saat terjadi konflik horisontal pada 1999, ikan-ikan kembali ke Teluk karena aktivitas di darat kurang, sehingga suplai air laut bagus," katanya.

Syahailatua menyatakan, Teluk Ambon memiliki kualitas air yang sangat bagus karena bercampur dengan mata air samudera yang berasal dari Laut Banda dan mengalami pergantian air laut atau pasang-surut setiap 12 jam sehari, serta memiliki kedalaman antara 42 hingga 600 meter, sehingga cocok untuk objek wisata penyelaman dan ekoturisme.

"Wisatawan yang datang ke Ambon tidak perlu jauh-jauh untuk menyelam karena ada Teluk Ambon yang bisa digunakan," katanya.

Selain memiliki kualitas air yang baik, Teluk Ambon juga menyimpan salah satu jenis ikan langka, Frog fish yang bersifat mimikri atau sering mengganti warna kulitnya menyerupai lingkungan.

Ikan itu ditemukan oleh penyelam asal Amerika di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, 2008.

"Dua tahun lalu ada penyelam dari Amerika yang memotret ikan itu dan mengirimkannya ke sana, ternyata Frog fish dinyatakan sebagai salah satu spesies langka," kata Syahailatua.

Ia megatakan, untuk menurunkan tingkat kerusakan pada ekosistem Teluk Ambon, masyarakat tidak boleh membuang sampah sembarangan dan ke laut, karena pada saat hujan, sampah-sampah tersebut akan hanyut terbawa air menuju Teluk.

"Jika tidak segera diantisipasi, Teluk Ambon tidak akan memiliki keanekaragaman hayati lagi," katanya.

Syahailatua menambahkan, LIPI Ambon berkeinginan untuk membangun unit kajian yang dapat membantu pemerintah Maluku untuk mengontrol perkembangan ekosistem Teluk Ambon dan dapat difungsikan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi tentangnya.
(T.KR-IV/I006/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010