Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas telah menyiapkan buku tentang arah program prioritas Kementerian Agama 2021-2024 untuk menjadi pedoman bagi jajarannya dalam menentukan arah kebijakan.

"Saya hanya ingin memastikan dalam Rakernas ini kebijakan dan program prioritas Kementerian Agama ini benar-benar bisa dilaksanakan. Saya tidak mau ada satu pun program kebijakan program prioritas Kemenag terlewatkan dan tak teranggarkan dengan baik," ujar Menag saat membuka Rakernas Kemenag secara virtual, Senin.

Menurut Yaqut, dalam buku panduan tersebut menyinggung masalah, seperti moderasi beragama dan tata kelola organisasi yang mesti dibenahi di Kementerian Agama.

Baca juga: Yaqut minta tiap acara di Kemenag diisi doa semua agama

Baca juga: Menag Yaqut perintahkan jajaran Kemenag NTT bantu korban banjir


Ia menjelaskan moderasi yang dimaksud adalah sebagian masyarakat Indonesia, khususnya dalam hal keagamaan telah terjebak dalam dua sisi, yakni ekstrem kiri dan kanan, atau sisi liberal dan konservatif.

Kedua paham tersebut, apabila tak bisa dipertemukan dalam satu titik, akan berakibat pada masalah-masalah yang akan muncul di kemudian hari. Moderasi ini kemudian muncul dan sebagai suatu ikhtiar untuk menjadikan pemahaman dan perilaku keagamaan berada di tengah-tengah.

"Pemahaman ini (moderasi keagamaan) saya kira akan menjamin bangsa ini dengan berbagai macam keragamannya, bisa tetap langgeng dan terus bertahan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata dia.

Ia ingin agar moderasi keagamaan yang telah disusun menjadi panduan bagi jajarannya dalam menelurkan arah kebijakan di Kementerian Agama.

"Oleh karena itu, program ini saya ingin terjamin pelaksanaannya. Kita sudah turunkan dalam matrik-matrik program yang lebih detail, dan nanti bisa dipelajari atau mungkin kalau ada kekurangan atau kelebihan bisa dibahas di komisi-komisi," ucapnya.

Hal kedua yang menjadi mandatori yakni perbaikan tata kelola organisasi. Menag ingin pelayanan publik di Kementerian Agama dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi.

Menag mengaku masih mendapat masukan dari masyarakat terkait layanan Kemenag yang panjang dan berbelit. Yaqut meminta jalur layanan itu bisa dipotong agar lebih ringkas dan cepat.

"Kita sekarang tidak bisa lagi memberikan pelayanan dengan cara lama, hadir fisik, tapi melakukan perubahan secara digital," kata dia.

Untuk mewujudkan percepatan transformasi publik, Yaqut mengatakan bahwa saat ini tengah disiapkan Situation Room dan Super Apps.

Baca juga: Menag berharap siswa dapat segera beradaptasi dengan PTM terbatas

Baca juga: Menag ajak umat ketuk "pintu langit" agar pandemi COVID-19 berakhir


Situation Room digunakan untuk memantau perkembangan dan pergerakan dinamika masyarakat, baik sosial, politik, maupun keagamaan agar Kemenag bisa memberikan respons secara cepat atas apa yang terjadi di masyarakat.

Sementara Super Apps disiapkan untuk menjadi jembatan dari semua aplikasi layanan yang ada di Kementerian Agama. Dengan begitu, semua aplikasi pelayanan akan berada dalam satu pintu yang sama.

"Saya membayangkan, masyarakat yang membutuhkan pelayanan tidak perlu lari dari satu meja ke meja lain. Meski sudah ada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), ini secara kualitas harus ditingkatkan," ujarnya.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021