Mangupura (ANTARA News) - Permaisuri Raja Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, Ida Tjokorda Istri Winten (95), sebelum meninggal 3 Juni lalu sempat minta mandi meskipun saat itu waktunya sudah tengah malam.

"Beliau pada Rabu (2/6) sekitar pukul 24.00 WITA minta dimandikan dan keramas serta dibedakin layaknya orang berias," kata putra almarhumah, Anak Agung Gde Agung saat ditemui di Puri Mengwi, Minggu.

Gde Agung yang juga Bupati Badung itu menceritakan bahwa para pengasuh Tjokorda Istri yang senantiasa menjaganya sempat bertanya-tanya dengan perilaku aneh tersebut.

Saat hal itu ditanyakan kepada putri Raja Karangasem, Bali, tersebut, para pengasuh yang senantiasa mendampinginya semakin tidak mengerti dengan jawaban dari almarhumah.

Para pengasuh bingung karena sang bunda menjawab bahwa dirinya sudah ada yang menjemput. Sampai akhirnya, pada Kamis (3/6) sekitar pukul 04.00 WITA, Tjokorda Istri benar-benar berpulang ke alam baka.

"Sepertinya beliau telah menemukan jalannya sendiri. Beliau meninggal dengan sangat tenang sekali," kata A.A. Gde Agung yang terpilih kembali sebagai Bupati Badung setelah pada pilkada 4 Mei lalu dengan meraih suara 72 persen.

Kepergian Tjokorda Istri, membuat Bupati Gde Agung merasa kehilangan sosok ibu yang demikian setia mendidik dan menyayanginya hingga akhir hayat.

"Ibu sudah memberikan dukungan sampai akhir hayatnya, bahkan saat pilkada lalu, beliau dibopong datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya kepada saya," katanya.

Meski dengan susah payah akhirnya almarhumah datang ke lokasi TPS, dan mencoblos sendiri tanpa mau diwakilkan. "Saat ditanya petugas, ibu bilang memilih anak saya yang berkumis," kata Bupati yang memang akrab dengan jargon "Coblos Kumisne" saat kampanye.

Kini dengan kepergian sang ibu, Gde Agung benar-benar tidak memiliki lagi sosok orang tua yang demikian besar dukungannya dalam menjalankan kehidupan.

Ayahanda Gde Agung, Tjokorda Mengwi, lebih dulu berpulang pada 2002. Kini, dia yang merupakan putra tunggal berusaha mengikhlaskan kepergian sang bunda.

"Biasanya setiap saya mau mengambil keputusan penting saya selalu meminta restu beliau. Sekarang beliau wafat, tidak ada lagi dukungan langsung dari seorang ibu," ujarnya.

Meskipun begitu, dia merasa bahwa kehadiran kedua orang tuanya yang telah wafat senantiasa hadir untuk membimbing langkah hidupnya. Restu kedua orang tuanya akan tetap diminta lewat persembahyangan di pura di lingkungan puri tersebut.

"Cuma karena sekarang beliau tidak ada yang saya minta doa restunya dengan bersembahyang di pura," ujarnya.(M026/D007)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010