Bandung (ANTARA) - Bio Farma menjalin kerja sama pembiayaan yang didapat dari sumber pendanaan pihak ketiga yakni Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) dan bank swasta nasional  yakni Maybank, Danamon dan HSBC terkait suplai vaksin dan modal kerja untuk pembelian importasi bulk vaksin COVID-19 dari Sinovac, China.

"Adapun jenis pendanaan yang diperlukan adalah fasilitas pembiayaan modal kerja revolving dalam valuta dolar AS dan sub limit fasilitas Trade Financing dengan skema clean basis," kata Juru Bicara sekaligus Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto, dalam siaran persnya, Selasa.

Terkait dengan kemitraan yang terjalin antara Maybank Indonesia dengan produsen dan distributor produk farmasi milik negara PT Bio Farma (Persero) dilakukan melalui unit usaha syariah Maybank Indonesia dengan menyediakan fasilitas pembiayaan berbasis syariah kepada Bio Farma atas peran sentralnya dalam penanggulangan COVID-19 melalui pengadaan vaksin.

Baca juga: Bio Farma siapkan sistem pelacakan distribusi vaksin berbasis IoT

Persediaan vaksin COVID-19 di dunia sangat terbatas, sedangkan permintaan untuk vaksin ini sangat tinggi dan Indonesia termasuk salah satu negara tercepat yang memberikan vaksin ini untuk masyarakatnya.

Untuk tahap awal, pada bulan Januari hingga Februari 2021, sebanyak satu juta tenaga kesehatan sudah mendapatkan vaksin Coronavac dari Sinovac.

Berikutnya sebanyak 17 juta lebih petugas pelayan publik seperti TNI, POLRI, akan mendapatkan vaksin COVID-19 pada bulan Februari hingga Maret 2021.

Bambang Heriyanto mengatakan, dalam keadaan pandemi COVID-19 seperti saat ini, seluruh dunia berusaha untuk menyediakan vaksin bagi rakyatnya, untuk menekan angka penularan atau penyebaran virus COVID-19, yang mengakibatkan kita dihadapkan pada isu kecepatan untuk memberikan vaksin COVID-19 untuk masyarakat, sehingga isu suplai vaksin COVID-19 menjadi tantangan kita semua.

Baca juga: Bio Farma berupaya percepat pengadaan bahan baku vaksin COVID-19

Indonesia melalui jalur diplomasi, termasuk salah satu negara yang tercepat untuk mendapatkan akses vaksin COVID-19 dari berbagai produsen, baik secara bilateral, maupun melalui Multilateral (COVAX).

Ia mengatakan Bio Farma sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya produsen vaksin di Indonesia berencana akan melakukan produksi Vaksin COVID-19 untuk memenuhi kebutuhan supply Vaksin COVID-19 pemerintah untuk melakukan vaksinasi secara nasional dan sebagai tahap awal pengadaan vaksin didapat dari Sinovac.

Pengadaan vaksin untuk tahap awal, ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU antara Bio Farma dengan Sinovac sebagai penyedia bulk dan Vaksin COVID-19 di Tiongkok pada tanggal 20 Agustus 2020 dengan disaksikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Luar Negeri Retno L Marsudi, serta penandatanganan Local Manufacturing Agreement of COVID-19 Vaccine pada tanggal 28 September 2020.

“Saat ini, jumlah produsen vaksin COVID-19 di dunia sangat terbatas, sedangkan permintaan vaksin COVID-19, melebihi persediaannya, oleh karenanya, kita memerlukan suplai vaksin dari berbagai sumber," kata Bambang.

Indonesia sendiri, untuk pengadaan vaksin COVID-19, diberikan kepada Bio Farma yang didasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Bambang menambahkan, dari Permenkes tersebut vaksin COVID-19 akan didapat dari hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co Ltd dan Novavax.

Distribusinya akan dilaksanakan oleh Holding BUMN Farmasi, seperti Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma.
 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021