Gempa Majene ini sebenarnya gempa yang tidak terlalu besar
Jakarta (ANTARA) -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan sebelum terjadinya gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,9 dan 6,2 yang mengguncang Sulawesi Barat pada 14-15 Januari 2021 sudah terjadi gempa pembuka di akhir 2020, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Gempa pembuka itu sudah ada bulan Desember lalu dan ini ada di kawasan yang sekarang mengalami gempa destruktif itu," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dipantau dari Jakarta pada Senin.

Beberapa pekan setelahnya, terjadilah gempa M5,9 pada Kamis (14/1) dan M6,2 pada Jumat (15/1) yang mengguncang daerah Sulawesi Barat dan mengakibatkan kerusakan. Kedua gempa itu terjadi darat di dekat Majene di Sulbar dengan masing-masing memiliki kedalaman 11,8 km dan 22,3 km.

Tidak lama setelah gempa besar terjadi juga gempa susulan dengan BMKG mencatat sampai dengan Senin (1/2) hari ini telah tercatat di 39 gempa susulan. Total jumlah gempa sejak terjadinya gempa pembuka adalah 48 kali dengan yang dapat dirasakan sebanyak 10 kali.

"Gempa Majene-Mamuju ini memiliki produktivitas gempa susulan yang sangat rendah atau istilahnya lack of aftershocks," tambah Daryono.

Hal itu terjadi karena high stress drop atau penurunan tekanan yang tiba-tiba yang besar nilainya, "Sehingga wajar jika gempa ini memiliki susulan-susulan yang jarang," ujarnya.

Menurut Daryono, gempa Majene diawali dengan gempa pembuka pada 14 Januari 2021 dengan M5,2 yang menimbulkan kerusakan dan disusul rentetan gempa pembuka sebanyak delapan kali.

Baca juga: BMKG sebut daerah Sulawesi masuk dalam kawasan rawan gempa

Baca juga: Sulbar siap jadi provinsi laboratorium kebencanaan


Selanjutnya terjadi gempa utama berkekuatan M6,2 pada 15 Januari 2021 dengan guncangan lebih kuat dan merusak.

Daryono menegaskan jika dibandingkan dengan gempa sekelasnya yang juga berkekuatan M6 seperti gempa Lombok pada 2018 yang memiliki ratusan gempa susulan setelah gempa utama, gempa Sulbar memiliki gempa susulan yang jauh lebih sedikit.

Hal serupa juga dapat dilihat jika dibandingkan gempa Ambon pada 2019 dengan jumlah gempa bumi susulan mencapai 949 kali dan jumlah yang dirasakan sebanyak 102.

Dalam gempa Sulbar hanya satu kali kejadian di mana kekuatannya mencapai lebih dari M6 dengan kebanyakan gempa susulan berkekuatan M2 hingga M3.

"Jadi gempa Majene ini memang boleh dikatakan sebenarnya gempa yang tidak terlalu besar," ujarnya.

Baca juga: BMKG sebut daerah Sulawesi masuk dalam kawasan rawan gempa

Baca juga: BMKG: Gempa Majene meluruh, warga bisa kembali ke rumah

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021