Kuala Lumpur (ANTARA News) - Hasil otopsi jenazah tiga TKI asal Sampang, Madura, Jawa Timur, yang ditembak mati polisi Malaysia, masih tertahan di RS Bhayangkari Surabaya karena masalah biaya.

Ghazeli, seorang TKI dan salah seorang saksi kejadian itu di Taman Bahagian, Selangor, Selasa mengemukakan, biaya sekitar Rp540 juta belum ada yang membayar sehingga upaya menuntaskan kasus ini terhambat karena masalah ini.

"Saya mendengar otopsi terhadap tiga jenazah TKI di RS Bhayangkari telah selesai. Namun ketika staf KBRI akan ambil hasilnya tidak bisa diberikan karena biayanya belum dibayar. Pihak rumah sakit minta dana Rp180 juta per orang. Totalnya sekitar Rp540 juta," katanya.

KBRI Kuala Lumpur, menurut Ghazeli, belum bersedia membayar biaya otopsi sehingga hasilnya belum bisa keluar. Padahal hasil otopsi sangat menentukan dan mendukung bagaimana sebenarnya kematian Muchlish (25 Thn), Musdi (36 Thn) dan Abd Sanu (30 Thn).

"Hasil otopsi ini akan sangat menentukan mengenai bagaimana tiga sepupu saya tersebut meninggal ditembak polisi Malaysia," katanya.

"Saya mendengar hasil otopsi di Indonesia dengan Malaysia sangat jauh berbeda. Jika hasil otopsi ahli forensik Malaysia hanya mengatakan, ketiga TKI itu mati karena ditembak, sedangkan hasil otopsi di Indonesia mengemukakan semua korban ada luka tembak di kepala dan dada serta ada luka-luka lebam akibat pukulan benda tumpul," kata Ghazeli.

"Yang saya dengar, pistol polisi Malaysia menempel di kepala dan dada korban kemudian menembaknya. Demikian laporan otopsi yang dikeluarkan RS Bhayangkari yang saya dengar," kata Ghazeli.

Ia masih memiliki hubungan saudara dengan ketiga korban sehingga ikut mengantar tiga jenasah sepupunya, hingga ke RS Bhayangkari Surabaya. Bahkan menyaksikan langsung proses otopsi di ruang forensik sebagai wakil keluarga.

Ghazeli berharap, Menlu Indonesia Marty Natalegawa memerintahkan Dubes RI untuk Malaysia Da`i Bachtiar untuk membayar biaya otopsi itu dan mendapatkan hasil otopsi untuk diberikan kepada pemerintah Malaysia, untuk menguatkan bahwa pembunuhan tiga TKI oleh polisi Selangor, Malaysia adalah sebuah rekayasa.

Kesaksian

Ghazeli sebagai saksi menceritakan testimoninya pada malam saat tiga TKI itu dibawa polisi Malaysia secara baik-baik saat sedang main Internet.

Ghazeli dan tiga korban saat itu sedang main di internet cafe di dalam apartemen Harmoni, Damansara, Senin (15/3) malam. Banyak TKI dan warga Malaysia saat itu sedang asyik main Internet di sana.

Menjelang tengah malam, datang sekitar 9-10 orang mengaku polisi memeriksa identitas semua yang ada di Internet cafe. Setelah itu, polisi memisahkan warga Malaysia dan warga Indonesia.

Ketiga TKI itu membawa paspor yang dilengkapi izin kerja.

Ketiga korban itu kemudian diminta keluar lebih dahulu sambil dikawal polisi. Sisanya disuruh pulang ke rumah masing-masing. "Setelah keluar, saya coba telepon ketiga sepupu saya itu tapi tidak ada jawaban tapi handphone mati," kata Ghazeli.

Esoknya, pada Selasa (16/4), dia mencari nasib tiga kawan sekaligus sepupunya di semua kantor polisi. Jawabannya sangat minim.

Hari Rabu (17/4), seorang teman tiba-tiba membawa koran Malaysia yang menceritakan tiga TKI itu telah ditembak mati. "Saya lihat foto-fotonya, ternyata benar semua korban adalah teman sekaligus saudara sepupu telah ditembak mati," katanya.

Bersama teman-teman kemudian melihat jenazah di RS Tanjung Karang, ternyata betul ketiga korban itu adalah Muchlish, Musdi dan Abd Sanu. "Saya langsung memberikan laporan kepada KBRI atas peristiwa ini," katanya.

KBRI meminta Ghazeli dan beberapa temannya yang menjadi saksi bahwa tiga korban diambil baik-baik oleh polisi Malaysia, kemudian memberikan laporan polisi ke kantor polisi DamansSara.

Beda dengan versi polisi. Ketua polisi Selangor Khalid Abubakar menjelaskan bahwa Selasa (16/4) dinihari, mobil patroli polisi bertabrakan dengan pengemudi mobil proton Waja. Setelah itu, kabur tapi tak berapa jauh mobil sedan itu menabrak pohon di dekat danau Kota Putri, Kuala Selangor.

Tiga penumpang turun. Satu bawa pistol rakitan dan dua membawa parang mau menyerang polisi. Polisi telah memberikan tembakan peringatan, tapi diabaikan kemudian ditembak mati di tempat. Ketiga penumpang mobil Waja itu yakni Muchlish, Musdi dan Abd Sanu.

Namun menurut Ghazeli, ketiga korban itu tidak pernah membawa mobil dan tidak bisa setir mobil, apalagi punya mobil. "Saya kenal mereka sejak kecil. Ketiganya benar-benar TKI yang cari kerja dan makan di Malaysia," kata dia.

(T.A029/S023/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010