Pekanbaru (ANTARA News) - Kepolisian Resort (Polres) Pelalawan menemukan indikasi bahwa Kamp "Pelindung Iklim" Greenpeace di hutan rawa gambut Semenanjung Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau sengaja dibakar.

"Dari pemeriksaan saksi dan olah tempat kejadian perkara, kita menemukan kuatnya indikasi bahwa kamp itu sengaja dibakar oleh mereka yang tidak senang dengan Greenpeace," ujar Kapolres Pelalawan, AKBP Arie Rachman, ketika dihubungi ANTARA News dari Pekanbaru, Minggu.

Kapolres Pelalawan AKBP Arie Rachman menjelaskan, hingga kini pihaknya baru melakukan pemeriksaan terhadap seorang saksi yang juga pelapor yakni Syamsuddin, warga desa setempat yang menjaga kamp itu bersama isterinya sejak Greenpeace meninggalkan rawa gambut Semenanjung Kampar pada 30 November 2009.

Pada Kamp Greenpeace terbakar, Minggu, (11/4) pukul 04.00 WIB Syamsuddin mengaku tidak berada di tempat. Lelaki yang keseharian hidup sebagai nelayan itu meninggalkan kamp pada Sabtu, (10/4) siang kembali ke rumahnya.

Walau kamp itu memiliki benda yang menjadi sumber api seperti kompor minyak tanah dan lampu teplok minyak tanah, peralatan masak dan alat penerangan itu ketika Syamsuddin meninggalkan kamp berada dalam kondisi yang tidak menyala.

"Lampu tempel tidak hidup dan kompor tidak menyala, sedangkan hasil olah tempat kejadian perkara diduga kuat pelaku pembakaran melakukannya dari tepian sungai karena semak belukar gambut di bagian belakang kamp tidak ada yang tumbang," ujarnya.

Kuatnya indikasi itu juga ditandai dengan aksi perselisihan yang terjadi beberapa hari lalu yakni warga yang kontra sempat memukuli mereka yang pro terhadap kehadiran Greenpeace dan kasus pemukulan itu sedang ditangani polsek setempat.

Meski demikian, Polres Pelalawan tidak membentuk tim khusus, tapi hanya melakukan penyelidikan biasa melalui Polsek Kuala Kampar untuk menemukan pelaku pembakaran terutama dari pihak yang kontra terhadap Greenpeace.

Sebab sejak aktivis penggiat lingkungan hadir dan mendirikan kamp yang jauh dari pemukiman warga sebagai simbol solidaritas dan perlawanan terhadap ekspansi perusahaan pemegang izin Hutan Tanaman Industri (HTI) yang mengonversikan hutan rawa gambut Semenanjung Kampar, terjadi pro dan kontra warga setempat.

"Yang kontra ini selalu menentang kehadiran Greenpeace, karena menurut mereka sejak organisasi itu ada , mereka jadi sulit mencari makan. Sedangkan yang pro menyatakan mereka ingin menyelamatkan kerusakan ekosistem hutan rawa gambut yang akan mempengaruhi hasil tangkapan sebagai nelayan," jelas Kapolres.

Isu pembakaran Kamp "Pelindung Iklim" Greenpeace di hutan rawa gambut Semenanjung Kampar telah sering terdengar di telinga warga setempat terutama mereka yang pro terhadap kelestarian hutan gambut.

Untuk itu Juru Kampanye Greenpeace Asia Tenggara Zulfahmi meminta pihak kepolisian setempat menyelidiki dan mengusut tuntas penyebab terjadinya kebakaran itu.

"Kami berharap polisi segera menyelidiki agar tidak muncul isu-isu negatif yang bisa meresahkan dan memecah belah warga," ujarnya.
(T.M046/A011/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010