Curah hujan yang tinggi berdampak pada pasokan cabai merah
Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga cabai merah menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi pada Oktober 2020 sebesar 0,07 persen.

Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin, mengatakan kenaikan harga cabai merah yang menyumbang andil inflasi 0,09 persen itu dipengaruhi oleh tingginya curah hujan di berbagai daerah.

"Curah hujan yang tinggi berdampak pada pasokan cabai merah," katanya.

Ia mengatakan kenaikan harga cabai merah terjadi di 82 kota dengan kenaikan tertinggi di Bulukumba hingga 85 persen serta Padangsidimpuan dan Tegal hingga 76 persen.

Baca juga: BPS catat inflasi Oktober 2020 sebesar 0,07 persen

Selain cabai merah, inflasi juga dipengaruhi kenaikan harga bawang merah sebesar 0,02 persen yang terjadi di 72 kota, salah satunya di Lhokseumawe hingga 33 persen.

Penyebab inflasi lainnya dalam periode ini adalah kenaikan harga minyak goreng serta nasi dengan lauk seiring dengan tingginya permintaan dari masyarakat.

Meski demikian, kata dia, terdapat komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi, seperti telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, apel, pepaya, tarif listrik, tarif angkutan udara dan emas perhiasan.

"Turunnya harga ikut memberikan andil deflasi seperti telur ayam ras dan tarif angkutan udara masing-masing 0,02 persen, serta daging ayam ras, buah-buahan dan tarif listrik 0,01 persen," katanya.

Baca juga: Presiden Jokowi ingatkan inflasi jangan terlalu rendah

Dari 90 kota IHK, Suhariyanto menambahkan sebanyak 66 kota menyumbang inflasi dan hanya sebanyak 24 kota yang mengalami deflasi pada Oktober 2020.

Inflasi tinggi terjadi di Sibolga sebesar 1,04 persen dan inflasi rendah terjadi di Jakarta, Cirebon, Bekasi dan Jember masing-masing 0,01 persen.

Sementara itu deflasi tinggi terjadi di Manokwari sebesar 1,81 persen dan deflasi rendah terjadi di Surabaya sebesar 0,02 persen. "Manokwari mengalami deflasi tinggi karena turunnya tarif angkutan udara hingga menyumbang andil 0,08 persen," kata Suhariyanto.

Dengan terjadinya inflasi, setelah sebelumnya deflasi selama tiga bulan berturut-turut, maka inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2020 mencapai 0,95 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 1,44 persen.

Baca juga: Kemenkeu: Deflasi tiga bulan beruntun sinyal ekonomi belum pulih

Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020