Busana karya Janice Setyawan (kanan) dan Benita Setyawan dari label Maquinn Couture untuk Milan Fashion Week 20/21" (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

Mengharap revolusi
Industri batik Indonesia perlu revolusi, bukan revolusi dalam arti yang tidak-tidak, tapi revolusi ide dan inovasi dalam menghasilkan produk batik yang mengikuti dunia fesyen modern sekarang ini maupun mengantisipasi perkembangan di masa mendatang.

Masih menjadi PR, bagaimana bisa membawa batik mewarnai tren fesyen kaum milenial, menjadikannya tidak hanya sebagai pakaian resmi dalam acara resmi, tapi juga busana keseharian yang gaya dan bersaing dengan merek-merek busana pada umumnya baik lokal maupun impor.

Bukan berarti mengabaikan batik-batik berkualitas sekarang yang dikenal sebagai pakaian resmi itu, namun menciptakan pangsa pasar baru yang lebih subur dalam lingkaran industri fesyen. Pakaian batik resmi tetap harus unggul di segmennya, dan tetap didorong untuk berkembang di dalam negeri dan mengisi pasar global.

Ide kreatif memadukan batik dengan gaya pakaian modern harus terus dikembangkan, bukan saja dari desain dan corak, tapi juga dalam bahan kainnya yang berkualitas, walaupun tetap harus berharga terjangkau sesuai kelasnya. Batik berkualitas, lumayan mahal bagi kebanyakan orang saat ini, dan ini tantangan yang harus dipecahkan oleh para pelaku industri batik kita.
 
T-shirt batik dari Maquinn Couture (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)


Ide dan kreasi di luar kebiasaan, seperti yang dilakukan oleh Janice dan Benita Setyawan dengan merek Maquinn Counture, telah mengubah batik menjadi pakaian rileks dan gaya. Duo perancang muda ini telah memadukan seni batik Pekalongan dan Cirebon ke dalam pakaian modern yang gaya untuk berbagai kalangan usia, dalam bentuk t-shirt, jaket, dan kemeja.

Ketika tampil di Milan Fashion Week 20/21 beberapa waktu lalu, Jenice dan Benita dengan berani menggabungkan batik dengan unsur Eropa dan membuktikan bahwa seni batik Indonesia bisa bersanding dengan gaya modern serta mewarnai dan menjadi pembeda di gelaran pertunjukan fesyen dunia.

Semoga apa yang dilakukan Jenice dan Benita itu memberikan inspirasi besar bagi pelaku industri batik Indonesia, termasuk kaum milenial untuk ikut melestarikan batik dengan caranya, sekaligus membuat wastra ini sebagai kekayaan bangsa yang terus berkembang serta menguntungkan secara ekonomi.


Baca juga: Batik tampil dalam pameran fesyen New York di tengah pandemi

Baca juga: Kreativitas dunia fesyen di balik krisis corona

Baca juga: BEKRAF sebut industri fesyen sumbang 18 persen pendapatan negara

Copyright © ANTARA 2020