Sebelumnya kita hanya mengekspor bauksit, sekarang (SGA) bisa diproduksi di sini
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus mendorong pembangunan wilayah di antaranya melalui percepatan pembangunan infrastruktur di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Bintan, Kepulauan Riau.

Pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan mencakup utilitas kawasan, refinery alumina, dan pembangkit listrik untuk mendukung ekspor perdana satu juta ton smelter grade alumina (SGA) pada 2021.

"Sebelumnya kita hanya mengekspor bauksit, sekarang (SGA) bisa diproduksi di sini," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pernyataan di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Menko Airlangga: 15 Kawasan Ekonomi Khusus buka peluang tarik investor

Airlangga saat mengunjungi KEK Galang Batang memastikan kehadiran kawasan ini sudah memberikan dampak positif terhadap perekonomian sekitar.

Realisasi investasi di kawasan ini, sampai September 2020, adalah sebesar Rp11 triliun dengan penyerapan tenaga kerja dalam tahap pembangunan sebesar 3.500 orang.

"Ini luar biasa dan diharapkan bisa terus bertambah serta memberikan multiplier effect yang lain," kata Airlangga selaku Ketua Dewan Nasional KEK.

Ia pun menggarisbawahi pendekatan pengembangan kawasan yang tidak hanya mendirikan industri aluminium atau alumina saja, melainkan juga industri tekstil.

"Jadi ini adalah pendekatan yang unik dan tidak banyak dilakukan di berbagai pabrik lain. Bapak-bapak yang pria bekerja di pabrik baja, sedangkan yang wanita bisa bekerja di pabrik tekstil," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Airlangga juga memberikan apresiasi kepada PT Bintan Alumina Indonesia atas komitmennya sebagai pengembang kawasan dan juga investor utama KEK Galang Batang.

"Saya ucapkan selamat dan menunggu kapan bisa diresmikan karena aluminium adalah bahan yang banyak digunakan berbagai sektor bahkan sekarang otomotif pun sebagian menggunakannya," katanya.

Baca juga: Investasi Bintan Alumina tahap awal Rp20 triliun

KEK Galang Batang merupakan salah satu KEK yang bertema industri dan menjadi contoh KEK yang berkembang baik dan bisa dijadikan model untuk KEK lainnya.

Lokasi KEK ini sangat strategis yaitu terletak di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan internasional, serta berhadapan dengan Singapura serta Malaysia.

KEK Galang Batang diproyeksikan menjadi kawasan dengan kegiatan utama yakni industri pengolahan bauksit dan turunannya.

Perkiraan nilai investasi di kawasan ini mencapai Rp36,25 triliun dengan penyerapan tenaga kerja paling tidak sebanyak 23.200 orang, sampai dengan 2027.

Nilai investasi itu dapat bertambah hingga 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp77 triliun yang berarti proyek ini telah mengakomodasi potensi terciptanya nilai tambah yang besar.

Produksi bauksit Indonesia dalam satu tahun bisa mencapai 40 juta ton. Pengolahan bauksit menjadi alumina memberi nilai tambah sekitar 5-13 kali lipat bila diolah menjadi alumunium.

Baca juga: Luhut harap smelter bauksit di Bintan produksi awal 2021
Baca juga: Bintan Alumina Indonesia butuh 20.000 pekerja

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020