Jakarta (ANTARA) - Agenda tahunan Cotton Day 2020 tetap terselenggara tahun ini meski diadakan secara virtual demi beradaptasi dengan situasi akibat pandemi COVID-19.

Acara yang mempertemukan para pelaku industri tekstil dan fashion di Indonesia ini tidak hanya melibatkan pelaku industri di skala nasional melainkan juga hingga skala global.

"Tahun lalu ada seminar B2B dan fashion show di Jakarta, kali ini 100 persen virtual," kata Andy Do, perwakilan asosiasi perdagangan nirlaba Cotton Council International di Indonesia yang menyelenggarakan Cotton Day 2020 dalam konferensi pers virtual di Jakarta pada Kamis.

Baca juga: Bottle2Fashion, inisiatif pemanfaatan botol plastik untuk fesyen

Baca juga: Infinix gelar festival fesyen virtual


Cotton Day telah diadakan lima kali di Indonesia. Tahun ini acara diselenggarakan melalui platform Zoom & 6Connex dengan agenda sesi jejaring, seminar hingga peragaan busana virtual yang menampilkan karya kolaborasi dari perancang lokal Indonesia.

“Cotton Day 2020 - Indonesia ini memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi para pelaku industri tekstil, karena dapat berinteraksi langsung dengan pelaku industri global. Tidak hanya memberikan hal baru, melainkan para pelaku industri tekstil di Indonesia juga bisa memperluas jaringan pasar mereka ke pelaku industri global secara langsung," kata Andy Do.

Menurut Andy, acara tahun ini tetap bisa memberikan pengalaman baru bagi peserta karena ada booth virtual dan peragaan busana untuk mengenalkan produk serta inovasi baru dari pelaku industri tekstil Indonesia kepada dunia.

Presiden dan Kepala Eksekutif dari National Cotton Council Gary Adams menuturkan pentingnya Indonesia bagi produsen kapas di Amerika Serikat.

"Produsen kapas dan pedagang kapas Amerika Serikat memahami pentingnya pasar di dunia terutama di Indonesia. Kami mengantisipasi hubungan yang lebih erat dengan Indonesia dalam hal kapas untuk mendukung industri yang dibutuhkan."

Baca juga: Liburan di pantai ala Jason Wu jadi pembuka New York Fashion Week

Baca juga: Batik tampil dalam pameran fesyen New York di tengah pandemi


Permintaan garmen ramah lingkungan
Chairman Cotton Council International Hank Reichle mengatakan ada perubahan perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Berdasarkan data survey global U.S. Cotton Trust Protocol terkini, 54 persen pemimpin perusahaan brand garmen dan tekstil mengatakan bahwa mereka telah melihat tuntutan konsumennya akan praktik dan produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi COVID-19.

Berdasarkan data yang sama, 59 persen responden percaya bahwa konsumen akan tetap memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.

“Dengan data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil paska pandemi, tentu para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah lingkungan. Hal ini bertujuan untuk terus bisa terus tumbuh, bahkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas," kata Hank.

Ia melanjutkan, berbagai perusahaan di dunia mencari cara meneruskan program keberlanjutan selama pandemi, juga berusaha bertahan dengan peningkatan bantuan dari kemitraan luar (62 persen) hingga mampu berinvestasi kembali dalam inovasi baru yang besar.

“Lebih dari 62 persen responden survey yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global menyampaikan bahwa program keberlanjutan produk menjadi fokus utama saat ini. Selain itu, 59 persen responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi dalam produksi produk yang ramah lingkungan.” kata Reichle.

“Cotton Council International saat ini pun fokus memberikan pendampingan kepada pelaku industri garmen global, termasuk di Indonesia untuk dapat bertransformasi dalam memenuhi perubahan perilaku konsumen pascapandemi ini.”


Baca juga: Kemenperin angkat potensi desainer muda lewat kompetisi fesyen Muslim

Baca juga: Pokemon GO kolaborasi dengan merek fesyen Prancis

Baca juga: Presenter Emmy 2020 akan kenakan APD lengkap

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020