Mekele, Ethiopia (ANTARA News/Reuters) - Sebuah kelompok gerilyawan Eritrea mengatakan Rabu, mereka telah membunuh 17 agen intelijen dalam serangan terhadap pemerintah negara yang semakin dilukiskan sebagai paria oleh negara besar Afrika dan Barat itu.

"Pejuang-pejuang kami Senin menyerang sebuah kamp milik sub-divisi ke28 dan menewaskan (atau) melukai 37 angota intelijen pemerintah," Yasin Mohamed, jurubicara gerilyawan Organisasi Demokratik Afar Laut Merah (RSADO), mengatakan pada Reuters.

"Setelah serangan itu kami menguasai kamp militer tersebut selama empat jam dan kami menghitung 17 mayat, semuanya anggota unit intelijen pemerintah."

Tidak ada komentar segera dari pemerintah Eritrea dan laporan itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.

Dewan Keamanan PBB telah menuduh Asmara memberikan dana dan senjata pada gerilyawan Islam di Somalia, tempat kekerasan telah menewaskan 21.000 orang sejak awal 2007. Dewan telah menjatuhkan sanksi terhadap Eritrea Desember lalu.

Eritrea berulang kali membantah tuduhan itu serta menuduh Washington dan musuh lamanya Ethiopia mengarang kebohongan.

Kedua tetangga Tanduk Afrika itu telah lama bermusuhan dan ketegangan membara di sepanjang berbatasan bersama karena perselisihan soal perbatasan.

Hubungan telah menemui jalan buntu sejak kedua negara itu berperang pada 1998-2000 yang mana sedikitnya 70.000 orang tewas.

Gerilyawan yang sama mengatakan pada Desember bahwa mereka telah membunuh 25 tentara pemerintah dan melukai sedikitnya 38 orang yang lain di dua kamp militer.

Eritrea membantahnya, dan mengatakan mereka telah membunuh 10 tentara Ethiopia setelah para serdadu-serdadu itu menyerang posisi Eritrea.

Pemimpin pemberontak Ibrahim Haroun, yang berasal dari kelompok etnik Afar dan mengatakan mereka telah dianiaya oleh pemerintah, menegaskan pada Reuters, mereka akan meneruskan serangan.

"Kami akan mengintensifkan serangan militer kami hingga hak untuk menentukan nasib sendiri dari masyarakat Afar dijamin," katanya. "Kami minta pada semua kekuatan oposisi Eritrea untuk bersatu kembali dan bergabung dengan kami dalam perjuangan untuk menggulingkan rezim itu untuk penghabisan kali." (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010