Jakarta (ANTARA) - PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) menandatangani Preparatory Work Agreement (PWA) dengan perusahaan industri kendaraan antariksa asal Prancis Thales Alenia Space untuk memulai konstruksi proyek Satelit Multifungsi Republik Indonesia (Satria).

Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso mengatakan satelit multifungsi Satria dibutuhkan karena memiliki spesifikasi High Throughput Satellite (HTS), yang dapat menjadi investasi besar bagi Indonesia.

"Program satelit ini merupakan hal yang jitu, tidak membutuhkan anggaran selama 3,5 tahun yang akan datang dan dengan biaya Rp 8 triliun serta biaya konsensi Rp 20 triliun yang dibayar 15 tahun tidak membutuhkan keuntungan finansial seperti satelit komersil lainnya (sehingga bisa lebih hemat)," ujar Adi dalam acara MoU yang disiarkan secara langsung, Kamis.

Hal senada disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, yang hadir dalam acara tersebut. Dia mengatakan penandatanganan tersebut menunjukkan optimisme iklim investasi di Indonesia.

Baca juga: Kominfo: Satelit Satria perkuat ekonomi digital termasuk pembayaran

Baca juga: Gandeng SpaceX, Satelit Satria bakal meluncur 2023


"Agenda kita hari ini justru menunjukkan bahwa iklim investasi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi Indonesia tidak sedang melambat, namun justru semakin melesat," ujar Johnny.

Menurut Johnny, pandemi COVID-19 memberi pengaruh sangat signifikan pada industri dirgantara (aerospace), termasuk satelit. Bahkan, Johnny optimistis dengan adanya tahapan PWA akan dapat mendorong pemulihan ekonomi di Indonesia.

"Sebagai bagian dari optimisme dan keyakinan kita untuk segera pulih dari potensi kontraksi ekonomi akibat pandemi COVID-19," kata Menteri Johnny.

Sektor komunikasi dan informasi mengalami pertumbuhan hingga 10,88 persen selama pandemi COVID-19. Sektor ini menjadi satu-satunya sektor yang bertumbuh positif hingga di atas 10 persen dibanding sektor lain.

Menteri Johnny menyatakan proyek Satria menandai peluang investasi di masa yang akan datang yang lebih besar.

"Sampai dengan tahun 2030, kebutuhan kapasitas satelit Indonesia diproyeksikan mencapai 900 Gbps atau 0,9 Tbps. Kita juga masih masih membutuhkan pembangunan ground segment untuk melengkapi pembangunan space segment yang sedang kita bangun," ujar dia.

Oleh karena itu, keberlanjutan proyek Satria menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk melakukan percepatan transformasi digital. Menurut Menteri Kominfo momentum itu akan menandai layanan publik yang prima.

"Sebagaimana diamanatkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo. Momentum ini juga menandai harapan kebangkitan ekonomi digital dan hadirnya layanan publik yang prima bagi seluruh masyarakat melalui infrastruktur telekomunikasi yang memadai dan berkualitas," Johnny menambahkan.

Baca juga: Kominfo sepakati KPBU satelit multifungsi

Baca juga: PII beri penjaminan proyek KPBU Satelit Satria

Baca juga: Satelit multifungsi pemerintah akan dinamai Satria

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020