Jakarta (ANTARA News) - Meskipun masih mengimpor sekitar 95 persen bahan baku obat, Indonesia lebih mandiri dan siap untuk mengekspor antibiotik Amoxillin, kata seorang pejabat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Khusus untuk antibiotik Amoxicillin, teknologinya sudah dikuasai dari awal proses produksinya, termasuk bahan bakunya juga lokal," kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Rifatul Widjhati dalam Catatan Akhir Tahun Penerapan Teknologi di Indonesia 2009, di Jakarta, Selasa.

Rifatul mengatakan, obat Amoxicillin hampir selalu direkomendasikan oleh dokter untuk antibiotik di puskesmas sehingga kebutuhannya mencapai 893 ton per tahun, atau 73 persen dari total kebutuhan nasional antibiotik sudah diproduksi sendiri.

Menurut dia, yang memproduksi antibiotik Amoxicillin besar-besaran hanya China, sehingga berbagai negara seperti negara-negara di Timur Tengah atau Afrika harus mengimpor dari China.

"Jadi peluang Indonesia mengekspor antibiotik Amoxicillin sangat besar, bukan saja harus memenuhi kebutuhan dalam negeri," katanya sambil mengakui bahwa untuk obat-obatan lain Indonesia masih tak berdaya.

Ia menjelaskan, selama ini Indonesia lebih suka mengimpor obat dan bahan bakunya karena biaya untuk investasi pabrik obat memang sangat besar.

"Dulu difikir memang lebih murah kalau beli impor tapi ternyata kalau impor terus-menerus dari luar kita tidak pernah bisa mandiri, karena itu tahun 2008 Menkes Fadillah Supari menegaskan perlunya kemandirian itu," katanya.

Karena itu, Fadillah membentuk tim nasional yang dipilih dari berbagai institusi seperti BPPT, LIPI, BPOM, Depkes, dan lain-lain untuk merancang perlunya riset dan investasi di sektor obat-obatan.

Rifatul mengatakan, Indonesia melalui BUMN Biofarma mulai memproduksi vaksin flu burung dan flu babi yang bibit vaksinnya sudah diluncurkan oleh Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga pada November 2009.

"Tahap pertama pada 2010 akan diproduksi 20 juta dosisi vaksin. Ini kita kejar-kejaran dengan wabahnya, karena virus cepat berkembang," katanya.

Ia juga mengatakan, penerapan teknologi produksi obat herbal di dalam negeri juga cukup maju pesat dengan bertambahnya produk obat herbal terstandar (OHT) dari 17 menjadi 28.

Sedangkan untuk pengadaan alat kesehatan, industri lokal juga telah mampu memproduksi secara mandiri berbagai furnitur rumah sakit, inkubator bayi, lampu operasi, jarum suntik, tensimeter, steteskop, alat orthopedi hingga sarung tangan medis. (*)

Pewarta:
Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2009