Jakarta (ANTARA News) - Buku karangan George Junus Aditjondro yang berjudul "Membongkar Gurita Cikeas" mendapat tentangan dari para pendukung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Staf Khusus Presiden Andi Arif di Jakarta, Senin, mengatakan, isi buku yang diluncurkan George sama sekali tidak benar karena hampir semua menggunakan data yang salah.

"Kesalahan data antara lain dalam halaman 30 dan 31, perihal dana Public Service Obligation (PSO) empat BUMN (PELNI, PT POS, PT KA, dan LKBN ANTARA) bukanlah Rp1,7 triliun. Angka itu adalah angka yang diajukan, sedangkan yang sebenarnya Rp1,35 triliun," kata Andi yang juga mantan Komisaris PT Pos itu.

Menurut dia, empat BUMN itu pada 2009 mendapat PSO untuk PELNI Rp600 miliar, PT KA Rp535 miliar, PT Pos Rp150 miliar, dan LKBN ANTARA Rp50 miliar.

"Menurut George separuh dana PSO LKBN ANTARA menyumbang Bravo Media Centre yaitu Rp40,6 miliar. Padahal untuk PSO 2009 LKBN ANTARA hanya dapat Rp50 miliar. Angka Rp40,6 sebetulnya angka PS0 tahun 2008," kata mantan aktivis mahasiswa itu.

Menurut dia, kebohongan George itu harus disampaikan ke publik agar masyarakat melihat bahwa buku itu berisi kekeliruan yang sangat fatal, seakan-akan seperti zaman orde baru BUMN menjadi sumber keuangan bagi partai politik dan kekuasaan.

"George telah melakukan kesalahan fatal bukan sekadar data, tapi juga beserta metodologinya. `Utak-atik gatuk` dan teori konspirasi masih menjadi mindset-nya. Kita menunggu pertanggungjawaban George, ini pertaruhan besar kredibilitasnya dalam dunia akademis dan politis," katanya.

Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan, buku George hanyalah buku yang penuh dengan sensasi, daya analisa rendah, serta lompatan-lompatan logika yang sangat insinuatif (menuduh secara tidak langsung).

"Data-data yang digunakan tidak berdasar, bukan data primer yang dapat dibuktikan kebenarannya, alias hanya data sekunder, bahkan tersier (ketiga) yang sangat bias," katanya.

Menurut Ketua Fraksi Partai Demokrat itu, buku itu tidak bermutu dan hanya hiburan yang tidak mendidik, mirip sinetron-sinetron mistik atau infotainment hibah (membicarakan keburukan orang lain).

"Yang diharapkan George adalah bukunya terekspos luas dan mendapatkan iklan gratis, sehingga makin laris dan terus dicari," katanya.

Anas meminta semua pihak yang merasa difitnah untuk menanggapinya dan tidak boleh mendiamkannya saja, karena dapat menimbulkan kesan keliru, bahwa yang ditulis adalah kebenaran.

Namun, menurut dia, Presiden SBY belum perlu untuk merespons lebih jauh seperti melaporkan George ke Polisi, karena publik tahu SBY bersih dan terus berkomitmen memberantas korupsi.

"Kami berharap buku George ini bukan dimaksudkan sebagai bagian dari skenario politik untuk membusukkan citra SBY dan Pemerintah, karena merasa pemilu belum selesai atau karena ada yang tidak legowo dengan hasil Pemilu 2009. Meskipun kami juga mencium aroma politik di balik terbitnya buku sensasi ini," katanya.

Buku "Membongkar Gurita Cikeas" yang ditulis Geoge Junus Aditjondro akan diluncurkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember . Buku tersebut membahas empat yayasan seperti Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanan, Yayasan Madjelis Dzikir SBY Nurussalam, dan Yayasan Mutumanikam Nusantara yang ditulis George sebagai pencari dukungan politik dan dana.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009