Dampak resesi terhadap sebuah negara adalah meningkatnya pengangguran, anjloknya pendapatan, meningkatnya angka kemiskinan, dan merosotnya harga aset, seperti pasar saham atau properti.
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menegaskan bahwa lembaganya mendukung penuh Pemerintah untuk menyinergikan kebijakan pemulihan ekonomi dan penanganan COVID-19.

Dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR RI, di kompleks MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat, Bamsoet menilai pembentukan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sangat tepat karena persoalan ekonomi dan kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan penanganan COVID-19.

Menurut dia, pengalaman sejumlah negara menjadi pelajaran penting bagi kita semua. Tidak sedikit negara yang lebih mengutamakan penanganan kesehatan pada akhirnya menghadapi persoalan ekonomi yang kompleks, bahkan sampai terjadi resesi.

Baca juga: Presiden: saatnya bajak momentum krisis untuk lompatan besar

"Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan penyelesaian persoalan kesehatan dan sekaligus perekonomian. Tentu dengan catatan bahwa kesehatan tetap menjadi prioritas karena dengan sehat, persoalan ekonomi menjadi lebih mudah penanganannya," kata Bamsoet.

Ia mengutarakan bahwa pada periode Maret sampai pertengahan bulan Agustus 2020 menjadi fase terberat bagi perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan II 2020 minus 5,32 persen dibanding Triwulan II 2019.

Menurut dia, memburuknya perekonomian tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pertumbuhan ekonomi global yang merosot tajam karena terganggunya aktivitas perekonomian akibat pandemi COVID-19.

"Bank Dunia melansir bahwa resesi COVID-19 makin membuat dunia terseret dalam jurang resesi terburuk di luar periode perang dalam 100 tahun," katanya.

Apabila kondisi itu tidak segera diatasi, lanjut dia, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor, mulai dari macetnya kredit perbankan hingga lonjakan inflasi yang sulit dikendalikan atau sebaliknya deflasi yang tajam karena perekonomian tidak bergerak.

Baca juga: Presiden tekankan pentingnya penguatan cadangan pangan dan koperasi

Dampak lainnya, menurut dia, neraca perdagangan akan menjadi minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa.

Dalam skala riilnya, dampak resesi terhadap sebuah negara adalah meningkatnya pengangguran, anjloknya pendapatan, meningkatnya angka kemiskinan, dan merosotnya harga aset, seperti pasar saham atau properti.

Selain itu, kata Bamsoet, melebarnya angka ketimpangan, tingginya utang pemerintah bersamaan dengan penerimaan pajak yang anjlok, serta produksi yang hilang secara permanen dan bisnis gulung tikar.

Oleh karena itu, saatnya bangsa ini bergotong royong terus mendukung kebijakan pemerintah yang telah melakukan langkah konkret mendorong peningkatkan ekonomi sektor riil, seperti memberikan kemudahan permodalan bagi pelaku usaha, baik kecil maupun besar.

Di samping itu, dia juga mendorong pemerintah dapat menahan laju penurunan ekonomi dengan meningkatkan penyaluran bantuan sosial dan stimulus bagi dunia usaha.

Baca juga: Presiden: Reformasi fundamental sektor kesehatan harus dipercepat

Bamsoet juga mendorong pemerintah melakukan pemulihan ekonomi dan mencegah terjadinya resesi, khususnya restrukturisasi kredit padat karya, penjaminan modal kerja, dan belanja pemerintahan daerah. Akan tetapi, tetap diiringi dengan pertimbangan dari aspek kesehatan masyarakat.

Ia juga mendorong pemerintah mempersiapkan sejumlah langkah dan strategi untuk mencegah terjadinya efek domino akibat COVID-19.

Mantan Ketua DPR RI ini mengimbau masyarakat untuk tetap bersabar dalam menghadapi COVID-19 dan tetap optimistis bahwa keadaan akan membaik.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020