Rio de Janeiro (ANTARA News) - Presiden terguling Honduras Manuel Zelaya mengatakan, Jumat, ia akan berada di Kedutaan Besar Brasil di ibukota Honduras, Tegucigalpa, hingga 27 Januari 2010, ketika masa tugasnya resmi berakhir.

"Meski demikian, saya ingin segera pergi, pasti dengan bantuan pemerintah Brasil," kata Zelaya kepada televisi Brasil Globo.

Pemimpin yang diasingkan dalam kudeta dukungan militer pada Juni itu secara diam-diam memasuki Honduras pada September dan berada di Kedutaan Besar Brasil yang dijaga ketat sejak itu.

"Ia pasti tahu bahwa ketika mandatnya berakhir, ia harus pergi ke tempat lain," kata Kuasa Usaha Kedubes Brasil Francisco Catunda seperti dilaporkan AFP.

Kamis, Zelaya, yang tetap bersikeras bahwa ia harus berkuasa lagi, menolak tawaran Meksiko bagi jalan aman yang katanya mewajibkannya melepaskan klaim atas kepresidenannya.

Peluangnya kembali ke kursi presiden terkikis oleh pemilihan umum berhasil pada 29 November yang telah diakui oleh sejumlah negara, termasuk AS dan Kosta Rika.

Pemenang dalam pemilihan itu, Porfirio Lobo, akan mulai bertugas setelah masa jabatan Zelaya berakhir bulan depan.

Zelaya, yang terpilih pada 2006 untuk masa jabatan empat tahun yang tidak bisa diperbarui, digulingkan setelah berencana mengadakan pemungutan suara untuk meminta rakyat Honduras menyetujui referendum yang akan datang mengenai pemilihan dirinya lagi sebagai presiden setelah masa jabatannya berakhir pada Januari.

Referendum yang direncanakan Zelaya itu telah dianggap ilegal oleh pengadilan tinggi negara itu dan ditentang oleh militer, namun presiden tersebut mengatakan bahwa ia akan terus maju dengan rencana itu dan kotak-kotak suara sudah didistribusikan.

Presiden AS Barack Obama menyatakan sangat prihatin atas perkembangan yang terjadi di Honduras, sementara Uni Eropa (EU) mendesak pembebasan Zelaya.

Kudeta itu merupakan kejadian dramatis terakhir dalam ketegangan politik dalam beberapa hari.

Sebelum kudeta itu Zelaya memecat panglima tinggi militer Jendral Romeo Vasquez dan juga menyetujui pengunduran diri Menteri Pertahanan Edmundo Orellana, setelah para panglima militer menolak membagikan kotak-kotak suara untuk pemungutan suara tersebut.

Para pemimpin angkatan darat, marinir dan angkatan udara juga mengundurkan diri.

Dalam penolakan atas langkah presiden itu, Mahkamah Agung Honduras memutuskan dengan suara bulat untuk memulihkan lagi jabatan Vasquez, dan ratusan prajurit bersiaga akhir pekan lalu di Tegucigalpa.

Zelaya, yang terpilih sebagai tokoh konservatif, beralih secara dramatis ke haluan kiri selama kepresidenannya.

Ia adalah orang terakhir dalam daftar panjang pemimpin Amerika Latin yang mencakup Presiden Venezuela Hugo Chavez yang mengupayakan perubahan konstitusi untuk memperluas kekuasaan presiden dan memperpanjang masa jabatan. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009