Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan bidang transpotasi merupakan hambatan terbesar dalam investasi karena sangat mahal.

"Banyak masalah yang dihadapi untuk menumbuhkan pertumbuhan ekonomi dan tidak bisa diselesaikan secara simultan namun saya makin yakin urat nadi permasalahan adalah transpotasi laut maupun darat," ujarnya dalam seminar mempringati HUT LKBN ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan biaya logistik untuk transpotasi laut (logistik cost) sangat mahal karena menghabiskan sekitar 30 persen dari PDB, dibandingkan dengan China dan Thailand yang mencapai 20 persen.

"Kita selama ini habis di ongkos, kalau itu bisa diturunkan harga-harga bisa membaik," ujarnya.

Menurut dia, produktivitas dalam bongkar muat di pelabuhan juga rendah karena prosesnya masih terlalu lambat.

"Untuk proses bongkar muat (uploading) sebanyak 40 ton dibutuhkan waktu 10 hari berarti sehari cuma 4 ton padahal sewa kapal per hari 30 ribu dolar AS, jadi ini masih mahal,"ujarnya.

Kemudian untuk transpotasi darat juga bermasalah karena ongkos pengangkutan barang dari Makassar ke Enrekang yang juga masih terlampau mahal.

"Bayangkan dari Hamburg ke Warsawa yang jauhnya 750 km ongkos angkutnya cuma separuh dari Makassar ke Enrekang yang cuma 200 km padahal provinsinya masih sama," ujarnya mencontohkan.

Apabila masalah tersebut dapat teratasi, Ia menambahkan, target pertumbuhan ekonomi dapat lebih meningkat tidak hanya sekitar 5,4-5,9 persen pada 2010.

"Negara-negara lain seperti India pertumbuhan ekonominya telah mencapai 7-7,5 persen dan kalau mau bekerja keras seperti ada pembenahan `New Single window`, pelabuhan dioperasikan 24 jam dan produktivitas pelabuhan ditingkatkan, target 6 persen bisa tercapai," ujarnya. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009