Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat ke nol persen. Asumsi ini berdasarkan dua bulan implementasi dari PSBB
Jakarta (ANTARA) - Senior Economist The World Bank Ralph Van Doorn memprediksikan pertumbuhan perekonomian Indonesia akan melambat ke level nol persen atau tidak tumbuh untuk tahun ini akibat dampak pandemi COVID-19.

“Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat ke nol persen. Asumsi ini berdasarkan dua bulan implementasi dari PSBB yang efektif mulai April hingga Mei bahkan sampai Juni,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Selasa.

Ralph mengatakan prediksi tersebut juga merupakan imbas dari perekonomian global yang melambat baik di negara maju maupun berkembang sehingga berpengaruh pada harga-harga komoditas.

“Konsumsi akan melambat karena terjadinya PHK dihasilkan dari penurunan kegiatan ekonomi dan menurunnya kepercayaan konsumen,” ujarnya.

Selanjutnya Ralph memperkirakan pertumbuhan investasi turut melambat akibat ketidakpastian berakhirnya wabah COVID-19 serta penanganannya, harga komoditas rendah, dan perlemahan ekonomi global.

Baca juga: Gubernur BI: Pertumbuhan ekonomi RI termasuk tertinggi di dunia

“Lalu impor jatuh lebih cepat daripada ekspor sehingga tercermin dalam neraca pembayaran karena kami melihat peningkatan defisit transaksi berjalan,” katanya.

Kemudian ia memprediksikan utang RI berada di level 37 persen dari PDB yang didorong oleh defisit lebih tinggi, pertumbuhan lebih lambat, depresiasi nilai tukar rupiah, guncangan suku bunga, serta banyaknya pinjaman untuk membiayai paket stimulus.

Oleh sebab itu Ralph menyatakan berdasarkan berbagai pertimbangan dan prediksi tersebut, maka Bank Dunia telah menyiapkan skenario terburuk yaitu perekonomian Indonesia akan terkontraksi hingga 3,5 persen dari PDB.

“Jika terjadi PSBB diimplementasikan selama empat bulan maka akan menyebabkan kontraksi ekonomi sebesar 3,5 persen dari PDB,” tegasnya.

Baca juga: LPPI prediksikan pertumbuhan ekonomi RI kuartal II 2020 terkontraksi

Di sisi lain ia menyatakan mulai membaiknya situasi dan menurunnya kasus COVID-19 di China serta beberapa negara di Eropa merupakan sinyal positif bagi dunia maupun Indonesia.

“Meskipun datanya belum pasti tapi terdapat indikasi bahwa produksi industri dan PMI di China telah bottomed out dan akan pulih kembali,“ katanya.

Sementara itu Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Hidayat Amir optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap berada dalam skenario pemerintah yaitu 2,3 persen hingga minus 0,4 persen.

“Kalau tadi World Bank menaruh situasi skenarionya pertumbuhan Indonesia full year nol persen tapi kami di pemerintah Kemenkeu memprediksikan akan tetap tumbuh di kisaran 2,3 persen sampai minus 0,4 persen,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Baca juga: Bappenas prediksikan ekonomi RI tumbuh satu persen pada 2020

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020