Jakarta (ANTARA) - Dampak finansial pandemi COVID-19 di dunia sepak bola membuat Barcelona bersikap realistis jika mereka tak bisa menjual Philippe Coutinho musim depan dan menerima mahar 10 juta euro (sekira Rp162,7 miliar) untuk uang sewa dengan status pinjaman.

Bayern Muenchen sejauh ini mengisyaratkan tidak akan mengambil opsi untuk mempermanenkan Coutinho yang mereka pinjam musim ini, tapi gelandang serang Brazil itu santer dikait-kaitkan dengan sejumlah klub Liga Premier Inggris yang tertarik menggunakan jasanya.

Arsenal disebut-sebut menjadi klub yang paling serius untuk memboyong mantan pemain Liverpool itu, sementara Manchester United, Chelsea dan Newcastle United juga dikabarkan tertarik.

Baca juga: Bayern tak akan permanenkan Coutinho
Baca juga: Newcastle resmi lamar Philippe Coutinho


Akan tetapi, dampak finansial pandemi membuat klub-klub Inggris diragukan bisa memenuhi tarif minimum pembelian Coutinho senilai 80 juta euro (sekira Rp1,3 triliun).

Oleh karena itu, Barcelona berusaha bersikap kooperatif demi membiarkan Coutinho meniti karier di klub lain dengan opsi peminjaman, demikian lansiran Mundo Deportivo, Sabtu.

Sepanjang musim 2019/20, Coutinho membela Bayern berstatus pemain pinjaman, tetapi raksasa Jerman itu enggan mengaktivasi opsi pembelian permanen yang berbanderol 120 juta euro (sekira Rp1,95 triliun).

Opsi peminjaman kembali untuk musim depan juga agaknya kurang menguntungkan bagi Bayern, sebab disertai dengan klausa kewajiban pembelian permanen senilai 70 juta euro (sekira Rp1,1 triliun).

Dengan demikian, kontrak peminjaman dengan uang sewa senilai 10 juta euro dipatok Barcelona bagi klub-klub yang tertarik mendapatkan Coutinho dengan harapan dalam 12 bulan kemudian kondisi finansial berangsur normal dan membuka kemungkinan pembelian permanen dengan harga yang pantas.

Baca juga: Quique Setien isyaratkan masih buka pintu untuk Coutinho
Baca juga: Philippe Coutinho pilih kembali ke Liga Premier
Baca juga: Pandemi paksa Barcelona kurangi staf pengendus bakat

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020