Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan menembak mati empat gerilyawan Senin ketika mereka berusaha mencegah upaya baru penyusupan ke Kashmir India dari sisi perbatasan Pakistan, kata sejumlah pejabat.

"Pasukan yang waspada membunuh seorang militan penyusup Senin, sehingga mencegah upaya lain pemberontak menyeberangi LOC," kata jurubicara angkatan darat India, J.S. Brar, kepada AFP, menunjuk pada Garis Pengawasan (LOC) yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang berkekuatan nuklir.

Di distrik daerah selatan, Reasi, pasukan keamanan menembak mati tiga militan selama kontak senjata di kawasan hutan, kata seorang jurubicara kepolisian.

Polisi mengaitkan kenaikan kekerasan itu dengan liburan nasional pada 15 Agustus yang merupakan peringatan hari kemerdekaan India dari kekuasaan Inggris pada 1947.

Sejak Ahad lalu, militer India menggagalkan sembilan usaha penyusupan gerilyawan dari daerah Kashmir Pakistan. Bentrokan-bentrokan menewaskan hampir 20 gerilyawan dan tiga prajurit.

Di New Delhi, Senin, kepala staf angkatan darat India Jendral Deepak Kapoor mengisyaratkan bahwa kelompok gerilya itu memperoleh dukungan dari Pakistan karena peralatan canggih mereka.

"Kemungkinan pemberian sejumlah dukungan tertentu kepada mereka (militan) oleh lembaga-lembaga yang ada (di Pakistan) tidak bisa dikesampingkan," katanya kepada wartawan.

Militer menyatakan, upaya militan untuk menyeberangi garis gencatan senjata ke Kashmir India biasanya meningkat pada musim panas pada saat salju mencair di jalur pegunungan.

Terjadi kenaikan kekerasan separatis di kawasan Himalaya itu sejak Sabtu lalu, ketika gerilyawan membunuh dua polisi di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir.

Sentimen anti-India dan protes juga meningkat di Kashmir terkait dengan pemerkosaan dan pembunuhan dua wanita muda yang mayatnya ditemukan di sebuah aliran sungai pada 29 Mei.

Polisi India sebelumnya bersikeras bahwa mereka tewas tenggelam, namun keluarga mereka menuduh bahwa kedua muslimah itu diculik, diperkosa dan dibunuh oleh anggota-anggota pasukan keamanan yang ditempatkan di wilayah yang dilanda pemberontakan itu.

Pengujian forensik kemudian menetapkan bahwa wanita-wanita yang berusia 17 dan 22 tahun itu memang diperkosa dan polisi telah mencatat sebuah kasus pembunuhan.

Perdana Menteri India Manmohan Singh telah memperingatkan bahwa pemerintahnya akan mengambil tindakan keras terhadap pelaku pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir dan menawarkan perundingan dengan separatis di wilayah yang disengketakan itu.

Peringatan itu disampaikan pada pertengahan Juni sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai protes menyangkut pemerkosaan dan pembunuhan kedua muslimah itu di Kashmir, yang disebut-sebut dilakukan oleh beberapa aparat keamanan India.

Ia juga menyatakan siap mengadakan perundingan dengan para politikus regional serta separatis anti-India di Kashmir.

Kashmir dilanda pemberontakan muslim selama hampir 20 tahun untuk menentang kekuasaan India yang menurut data resmi telah menewaskan lebih dari 47.000 orang.

Kekerasan yang melibatkan pasukan India dan separatis muslim menurun di Kashmir sejak India dan Pakistan memulai proses perdamaian yang bergerak lambat pada 2004.

New Delhi menghentikan dialog itu setelah serangan-serangan Mumbai pada November tahun lalu yang menewaskan lebih dari 160 orang.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, jurubicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.

India dan Pakistan terlibat dalam tiga perang dan hampir terjerumus ke dalam perang keempat setelah serangan militan pada 2001 terhadap gedung parlemen India.

Dua dari tiga perang itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pemberontak Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pemberontak Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009