Banda Aceh (ANTARA News) - Perjalanan sejarah sastra di Indonesai belum mengakomodasi seluruh daerah sehingga perlu direvisi, kata salah seorang konsultan Balai Bahasa, Kamis.

"Masa kesultanan Aceh, banyak penyair dan ulama ternama seperti Hamzah Fansuri, Syeh Abdul Rauf As-Singkili dan Nuruddin Ar-Raniry. Nama dan karya-karya mereka tak pernah didengungkan secara nasional," kata Maman S. Mahayana dalam satu seminar sastra di Banda Aceh, Kamis.

Menurut Maman, perjalanan sastra yang terjadi saat ini hanya menceritakan beberapa karya tokoh yang diambil dari beberapa daerah sehingga meredupkan nama-nama para penyair ternama lainnya.

"Intelektual dan hasil karya sastra di Aceh telah berkembang sejak masa kesultanan Aceh tempo dulu, itu telah menjadi karya besar dan perlu dibaca oleh seluruh Indonesia bukan Aceh saja," jelasnya.

Oleh karena itu, harus ada revisi ulang terhadap sastra Indonesia sehingga seluruh penyair besar tanah air mendapatkan penghargaan yang sama dengan hasil karya mereka.

"Kalau semua karya sastra para penyair terbaik dikumpulkan, maka akan menjadi kekayaan luar biasa dalam khazanah sastra Indonesia," jelasnya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009